Senin, 31 Agustus 2009


BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq) DI PT. INCASI RAYA GROUP
UNIT KELAPA SAWIT KEBUN PANGIAN-DARMASRAYA
SUMATERA BARAT

LAPORAN
PENGALAMAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA

OLEH :

JONI HERMAN RITONGA
No. BP. 06012039

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
PAYAKUMBUH
2009



BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq) DI PT. INCASI RAYA GROUP
UNIT KELAPA SAWIT KEBUN PANGIAN-DARMASRAYA
SUMATERA BARAT

LAPORAN
PENGALAMAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA

OLEH :

JONI HERMAN RITONGA
No. BP. 06012039

Laporan ini merupakan sebagai persyaratan Untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan
Politeknik Pertanian Universitas Andalas

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
PAYAKUMBUH
2009




BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq) DI PT. INCASI RAYA GROUP
UNIT KELAPA SAWIT KEBUN PANGIAN-DARMASRAYA
SUMATERA BARAT

LAPORAN
PENGALAMAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA

OLEH :

JONI HERMAN RITONGA
No. BP. 06012039

Menyetujui :

Ketua Jurusan Budidaya Dosen Pembimbing,
Tanaman Perkebunan


Ir. Deni Sorel, M.Si. Ir. Muliadi Karo Karo, MP
NIP. 131 793 456 NIP. 131 796 158



Mengetahui,

Direktur Politeknik Pertanian
Universitas Andalas


Ir. Benny Warman R, MP
NIP. 131 690 545



BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq) DI PT. INCASI RAYA GROUP
UNIT KELAPA SAWIT KEBUN PANGIAN-DARMASRAYA
SUMATERA BARAT

LAPORAN
PENGALAMAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA

OLEH :

JONI HERMAN RITONGA
No. BP. 06012039

Telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji
Laporan Tugas Akhir Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan
Politeknik Pertanian Universitas Andalas Pada Tanggal 21 Juli 2009

TIM PENGUJI

1. Ir. Muliadi Karo Karo, MP Ketua

2. Elviati,SP,M.Si Anggota
3. Ir. Amaliyah syariyah, MP Anggota












KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) yang berjudul “ BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI PT.INCASI RAYA GROUP UNIT KELAPA SAWIT KEBUN PANGIAN DARMASRAYA- SUMATERA BARAT.
Penyusunan laporan ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa untuk menyelesaikan kegiatan pendidikan di Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Universitas Andalas.
Selesainya laporan ini juga tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terima kasih dan rasa penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :
1. Ayahanda dan Ibunda serta keluarga yang terus memberi dukungan serta do’a.
2. Bapak Ir. Muliadi Karo Karo, MP sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan pengarahannya selama kuliah dan dalam penyusunan laporan ini.
3. Bunda Ir. Andi eviza
4. Bapak Ir. Deni Sorel, M.si selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan.
5. Bapak Ir. Benny Warman. R, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Universitas Andalas.
6. Bapak Ir. Arifin Siagian sebagai Estate Manajer (EM) Kebun Timur PT. Incasi Raya Pangian.
7. Bapak Ir. Sumarsono sebagai Estate Manajer (EM) Kebun Barat PT. Incasi Raya Pangian
8. Bapak Haryono sebagai Pembimbing lapangan yang telah memberikan petunjuk dan pengarahannya dalam pelaksanaan PKPM ini.
9. Bapak Abual Asri, SP selaku Asisten Afdeling I PT. Incasi Raya Pangian Kebun Timur
10. Semua pihak yang turut membantu penulis sehingga penulis dapat menyusun laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tentu masih banyak terdapat kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran, kritik, dan masukan-masukan dari para pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca umumnya dan ilmu pengetahuan khususnya.

Tanjung Pati, Juli 2009



Penulis

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil pertanian. Menyadari akan hal itu maka sejak zaman dahulu secara bertahap pemerintah terus meningkatkan pembangunan di bidang pertanian yang meliputi sektor pangan, perkebunan dan perikanan. Pembangunan pertanian diupayakan untuk meningkatkan hasil pertanian baik kualitas maupun kuantitas melalui perbaikan teknik budidaya, perluasan lahan pertanian serta pembangunan dan perbaikan sistem pengolahan hasil. Perkembangan pembangunan pertanian terus meningkat dan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi juga oleh pihak swasta dan rakyat yang ikut berperan serta dalam sektor perkebunan, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja yang akan mengurangi angka pengangguran di dunia khususnya di Indonesia (Fauzi, Widyastuti, Satyawibawa, Hartono, 2005).
Saat ini Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia., dalam beberapa tahun mendatang diyakini Indonesia bisa menjadi produsen Minyak Kelapa Sawit (MKS) terbesar di dunia dan mengungguli Malaysia.
Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keunggulan tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol. Produksi perhektarnya mencapai 6 ton per tahun, bahkan lebih. Jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5 ton pertahun), tingkat produksi ini termasuk tinggi. (Sastrosayono Selardi, 2003).
Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit. Semula tanaman kelapa sawit hanya diusahakan oleh perkebunan besar di Indonesia. Sejak tahun 1977-1978 pemerintah Indonesia bertekad mengubah situasi tersebut dengan mengembangkan pola perkebunan rakyat melalui sistem PIRBUN (Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan) (Adlin U. Lubis 1992 ).
Dalam konteks pembangunan dan pengembangan pertanian, dirasakan betapa perlunya tenaga-tenaga yang lebih spesifik, lebih berperan dan profesional serta terampil dalam menangani bidangnya masing-masing dengan karakter kepemimpinan dan mental yang baik.
Upaya-upaya pemerintah dalam menanggapi masalah tersebut maka dibentuk suatu lembaga pendidikan tinggi yang lebih berorientasi pada keterampilan praktis yang ditunjang dengan teori yaitu pendidikan Politeknik Pertanian, yang diharapkan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pembangunan pertanian di Indonesia. Dalam hal ini pemerintah telah mendirikan beberapa Politeknik Pertanian di Indonesia antara lain Politeknik Pertanian Universitas Andalas.
Politeknik Pertanian ini diharapkan mempunyai andil yang besar untuk membentuk tenaga-tenaga Ahli Madya yang siap pakai dalam bidangnya. Dengan hadirnya para lulusan Politeknik Pertanian diharapkan mampu meningkatkan kualitas serta kuantitas hasil pertanian melalui penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku perkuliahan. Salah satu peranan Politeknik Pertanian yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai penghubung antar ilmu dan keterampilan yang dimiliki oleh para sarjana (S1) dan para lulusan SPP dan lain-lain.
Dengan demikian ilmu dan keterampilan akan terpadu dan berjalan secara bersamaan dalam meningkatkan pembangunan pertanian di Indonesia, demi mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
Mengingat peranannya, maka sistem perkuliahan di Politeknik Pertanian menyangkut kurikulum yang diterapkan dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan pertanian di Indonesia. Kegiatan praktek dan teori tentang ilmu-ilmu pertanian yang diberikan secara tersusun dengan cakupan dan ruang lingkup yang lebih tinggi yaitu 40% dan 60% berupa teori yang diberikan sejalan dengan pelaksanaan praktek yang dilakukan.
Untuk mengetahui dan memahami keadaan atau kondisi pertanian yang sebenarnya baik ditinjau dari teknis budidaya, pengolahan hasil serta sistem manajemennya, maka kegiatan PKPM (Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa) dianggap perlu karena dengan demikian akan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pertanian.
Dengan adanya pelaksanaan PKPM ini diharapkan para mahasiswa akan mendapatkan pengalaman serta kemampuan, keterampilan di lapangan, membentuk jiwa kepemimpinan, serta melatih untuk berjiwa wiraswasta dan mempermudah untuk mendapatkan lapangan pekerjaan.


1.2. Tujuan
Adapun tujuan Intruksional Umum (TIU) dalam pelaksanaan PKPM ini yaitu untuk :
a. Memahami cara pengelolaan tanaman kelapa sawit untuk mengoptimalkan hasil dan mutunya.
b. Mampu melaksanakan kegiatan pengelolaan tanaman kelapa sawit dengan baik dan benar.
c. Memahami pentingnya memelihara lingkungan perkebunan kelapa sawit agar umur produksi tanaman maksimal.
d. Memahami Manajemen Perusahaan Perkebunan kelapa sawit.
e. Memahami manajemen manusia yang berhubungan erat dengan pelaksanaan pengelolaan tanaman kelapa sawit.
Selain TIU dari kegiatan ini, ditetapkan pula Tujuan Intruksional Khusus (TIK) yaitu untuk mampu :
a. Menjelaaskan segala kegatan perkebunan kelapa sawit mulai dari penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemeliharaan lngkungan kebun, pemungutan hasil, sampai pada pengolahan hasil dengan prosedur yang benar serta manajemen perusahaan perkebunan kelapa sawit.
b. Melakukan berbagai kegiatan yang sedang dilakukan di perkebunan kelapa sawit sesuai dengan kesempatan yang diberikan.
c. Mengetahui sejauh mana kesesuaian penerapan ilmu budidaya kelapa sawit yang dipelajari dibangku kuliah dengan penerapannya dilapangan.
d. Mengisi laporan teknik budidaya yang dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit sesuai dengan petunjuk penulisan PKPM dan pedoman penulisan laporan akhir PKPM yang telah ditetapkan.
e. Memberikan komentar tentang kebijakan Manager atau Mandor untuk meningkatkan hasil/produksi serta alasan-alasan menerapkan metode/cara tertentu dalam rangka memperbaiki budidaya tanaman kelapa sawit.
f. Menjelaskan penerapan Manajemen pada perusahaan perkebunan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Botani Tanaman Kelapa Sawit
Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai sejak empat abad yang lalu (abad ke-16) dimana para ahli berbeda pendapat mengenai klasifikasi kelapa sawit. Hal ini disebabkan karena pada masa lampau Ilmu Taksonomi maupun ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya belum berkembang seperti sekarang, dan peralatan yang tersedia pun masih sederhana (Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2005).
Menurut S. Mangoensoekarjo dan H. Semangun (2005), Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut :
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Spadiciflorae (Arecales)
Famili : Palmae (Arecaceae)
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

2.2. Varietas Tanaman Kelapa Sawit
Menurut Fauzi et.al., (2005), ada beberapa varietas kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal cangkang/tempurung dan daging buah, serta warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan cangkang/tempurung dan daging buah varietas kelapa sawit dibedakan:
a. Dura
Varietas ini memiliki tempurung yang cukup tebal yaitu antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis yaitu 35-50% terhadap buah dan daging biji lebih besar dengan kandungan minyak yang sedikit.

Gambar 1. Buah kelapa sawit varietas Dura.
b. Pisifera
Ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya tebal, lebih tebal dari buah Dura dan daging biji sangat tipis.

Gambar 2. Buah kelapa sawit varietas Pisifera
c. Tenera
Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas Dura dengan Pisifera. Oleh karena itu sifatnya adalah gabungan antara keduanya, yaitu cangkang sudah menipis dan daging buahnya tebal. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan pada saat ini.

Gambar 3. Buah kelapa sawit varietas Tenera.
Kriteria yang membedakan varietas Dura, Pisifera, dan Tenera dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Kriteria yang membedakan Dura, Pisifera, dan Tenera.
Varietas Cangkang
(mm) Pericarp
(mm) Cangkang
(% /buah) Mesocarp
(% /buah) Inti
(% /buah)
Dura 2 – 5 2 – 6 25 – 50 20 – 65 4 – 20
Tenera 1 – 2,5 3 – 10 3 – 20 60 – 90 3 – 15
Pisifra - 5 – 10 - 92 - 97 3 – 8
Sumber : Lubis, A.U. (1992).
Berdasarkan warna kulit buahnya kelapa sawit dibedakan atas tiga varietas kelapa sawit yang terkenal. Varietas-varietas tersebut menurut S. Mangoensoekarjo, dan H. Semangun, 2005 adalah :
a. Nigrescens yaitu buah berwarna violet sampai hitam waktu muda dan menjadi merah-kuning (orange) sesudah matang.
b. Virescens yaitu buah berwarna hijau waktu muda, menjadi merah kuning sesudah matang.
c. Albescens yaitu buah muda warna kuning pucat tembus cahaya karena mengandung sedikit karoten.
Bentuk yang dipakai pada pertanaman komersial adalah nigrescens, sedangkan bentuk lainnya dipakai dalam program penelitian. Baik dalam produksi maupun dalam kualitas, varietas nigrescens adalah yang terbaik (Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2005).
2.3. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman yang nyata memperlihatkan deferensiasi dalam tiga bagian pokok yaitu akar, batang dan daun, sedangkan bagian lain dipandang sebagai jelmaan salah satu atau dua bagian pokok yang telah mengalami metamorfosa (berganti bentuk, sifat dan mungkin juga fungsinya bagi tanaman) dianggap sebagai penjelmaan dari batang dan daun seperti kuncup, bunga dan duri ( Lubis, A.U., 1992).
1. Akar ( Radix )
Akar pertama yang muncul dari biji yang telah berkecambah adalah radikula yang panjang nya mencapai 15 cm, mampu bertahan sampai 6 bulan. Dari radikula akan muncul akar lainnya yang bertugas mengambil air dan unsure hara dari media tumbuh namun masih perlu dibantu dari cadangan makanan yang ada pada endosperm. Cadangan makanan telah habis pada endosperm ditandai dengan lepasnya biji. Dari akar primer ini tumbuh akar sekunder yang tumbuh horizontal yang kemudian tumbuh akar tertier dan kwarter yang berada dekat pada permukaan tanah, akar inilah yang paling aktif mengambil unsure hara dan air dari tanah, akar – akar tersebut berada pada 2 – 2,5 m dari pangkal pokok atau diluar piringan dan merupakan daerah sebaran pupuk, serta terdapat pada kedalaman 0 – 20 cm. (LPP, 2002)

Gambar 4 : Susunaan Perakaran Kelapa Sawit

2. Batang ( Caulis)
Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi ) dibungkus oleh pelepah daun (Frond base). Berbentuk silendris berdiameter 45 - 60 cm pada tanaman dewasa, bagian bawah yang membesar disebut bongkol batang (bowl). Karena sifatnya yang phototropi dan heliotrope maka pada keadaan terlindung, tumbuhnya akan lebih cepat tetapi diameter batang akan lebih kecil. (LPP, 2002)
Kecepatan pertumbuhan batang dipengaruhi oleh pupuk yang diberikan , umur, iklim, kerapatan tanam dll. Tinggi atau rendahnya tanaman tidak mencerminkan produksi karena tidak ada diperoleh korelasinnya. Biasanya kecepatan tumbuh 35 – 75 cm / tahun sampai tanaman bh yang belierumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih terbungkus pelepah yang belum ditunas. Pada umur 25 tahun tinggi batang mencapai 13 -18 m. (LPP, 2002)

Gambar 5. Batang kelapa sawit
3. Daun ( Folium )
Daun (Folium) pertama yang keluar pada staid bibit adalah berbentuk lanceolate, kemudian muncul bifurcate dan menyusul bentuk pinnate. Pada bibit berumur 5 bulan misalnya akan dijumpai 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 3 pinnate. Pada umur 12 bulan akan ada 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 10 pinate.
Daun kelapa sawit memiliki rumus 1/8 atau 3/8. Lingkaran atau spiralnya ada yang berputar kekiri dan ada yang berputar kekanan tetapi kebanyakan berputar kekanan. Pengenalan ini penting untuk diketahui agar kita dapat mengetahui letak daun ke-9 dan ke-17 dan lain-lain yang dipakai sebagai standar pengukuran pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun dan pengamatan lainnya. Produksi pelepah daun bergantung umur tanaman. Produksi pelepah daun selama setahun dapat mencapai 20 – 30 kemudian akan berkurang sesuai dengan umur menjadi 18- 25 atau kurang. Panjang cabang daun diukur dari pangkalnya mencapai 9 meter pada tanaman dewasa. Panjang pelepah ini dapat bervariasi tergantung pada tipe varitas dan kesuburan tanahnya. Jumlah anak daun pada setiap sisinya dapat mencapai 125-200. Anak daun pada tengah pelepah dapat mencapai 1,2 meter. Berat satu pelepah dapat mencapai 4,5 kg berat kering. Pada satu pohon dapat dijumpai 40- 50 pelepah. Luas permukaan daun sering dipakai untuk tujuan pengamatan pertumbuhan dengan rumus: (Tim PS,2004)

L = luas permukaan daun
K = faktor koreksi
D = jumlah anak daun pada satu sisi
P = panjang anak daun rat-rata sample.
Luas permukaan daun dapat mencapai 10 – 15 m2 pada tanaman dewasa ynag berumur 10 tahun atau lebih. Untuk mencapai produksi yang baik maka luas permukaan daun yang optimal adalah 11 m2 bergantung kepada persilangannya.
Tanaman kelapa sawit daunnya terbentuk didekat titik tumbuh yang biasanya akan tumbuh 2 lembar daun setiap bulan. Dimana pertumbuhan daun awal dan daun berikutnya akan membentuk sudut 1350 (Sastrosayono.S, 2003).

Gambar 6. Bentuk dan susunan daun kelapa sawit
Keterangan :
Sp = duri
Pe = pangkal pelepah
Vl = pangkal pelepah dengan duri yang tidak tumbuh normal
Ra = bagian tengah pelepah dengan daun – daun normal
Tl = sepasang daun terakhir yang bentuknya oval
Hs = bagian tengah daun dilihat dari atas menunjukan letak daun yang tidak teratur.
Menurut Setyamidjaja.D, (1991) mengatakan bahwa duduk pelepah daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang dan membentuk spiral.
Pada tanaman yang tumbuh normal 2 sit spiral dapat dilihat selang 8 daun mengarah kekanan, dan selang 13 daun mengarah kekiri, tergantung pada sifat genetisnya.

Gambar 7. Rumus kedudukan daun (Phylotaxis) kelapa sawit.

4. Bunga ( Flos )
Tanaman kelapa sawit dilapangan mulai berbunga pada umur 12 – 14 bulan . tetapi baru ekonomis untuk dipanan pada umur 2,5 tahun.Dari setiap ketiak daun keluar satu tandan bunga jantan atau betina. Pada tanaman muda sering dijumpai bunga abnormal atau bunga banci ( hermaprodit ) yaitu bunga yang memiliki dua alat kelamin. Bunga andromorfik yaitu secara morfologi adalah bunga jantan tetapi bada sebagian spikeletnya dijumpai bunga betina yang dapat membentuk buah sawit kecil. Disamping itu dijumpai buah parthenocarpi yaitu stigma yang tidak sempurna penyerbukannya sehigga buah yang terbentuk layu dan gugur. Persentase bunga abnormal sangat kecil yaitu kurang dari 1 bunga setiap pokok dan tidak setiap pokok. (Risza, S, 1994)
Sex Diferensiasi terjadi 17 – 25 bulan sebelum antesis dan setelah antesis membutuhkan waktu 5 – 6 bulan baru matang panen. Secara visual tandan bunga jantan atau betina baru dapat diketahui setelah muncul dari ketiak daun yaitu 7 – 8 bulan sebelum matang atau 1 – 2 bulan sebelum anthesis.
Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang yang akan pecah 15 – 30 hari sebelum anthesis. Satu tandan bunga betina memilioki 100 – 200 spikelet dan setiap spikelet 15 – 20 bunga betina dan yang akan diserbuki tepung sari. Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600 – 2000 buah tergantung pada besarnya tandan dan setiap pokok dapat menghasilkan 15–25 tandan/pokok/tahun.
Tandan bunga jantan juga dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika akan anthesis seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki 100-200 spikelet yang panjangnya 10 20 cm dan berdiameter 1 – 1,5 cm. Tiap spikelet berisi 500-1500 bunga kecil yang akan menghasilkan tepung sari jutaan banyaknya, tandan bunga yang sedang anthesis berbau tajam ( Khas ). Tiap tandan bunga jantan akan menghasilakan tepung sari sebanyak 40-60 gram. Pada tanaman muda jumlah tandan bunga jantan lebuh sedikit dibandingkan bunga betina dan perbandingan ini akan berubah sesuai dengan penambahan umur tanaman.

Gambar 8. Bunga Jantan dan Bunga Betina Kelapa Sawit
Perkembangan tandan bunga betina sejak anthesis sampai matang hasil pengamatan di Marihat menunjukkan hasil sbb:
a. Daging Buah ( Mesocarpium )
Sampai tiga bulan setelah Antesis warnanya masih putih-kekuningan, menunjukkan bahwa masih terdiri dari air, serat, dan klorofil dan minyak belum terbentuk
b. Cangkang atau Tempurung
Sebualan sesudah penyerbukan cangkang telah terbentuk meski sangat tipis dan lembut. Pengerasan berlangsung terus dan pada umur 3 bulan sudah mengeras, warna berubah dari putih menjadi coklat muda.
c. Inti ( Endocarpium atau Nukleus seminis)
Pada imur dua bulan terjadi perubahan dari cair menjadi agar-agar dan pada umur tiga bulan inti sudah terbentuk padatan yang agak keras.

d. Lembaga ( Embrio )
Sampai 3 bulan belum kelihatan dengan mata. Selanjutnya akan tampak seperti titik putih sepanjang 1,5 mm yang dengan cepat bertambah besar. Pada umur 3 bulan setelah mencapai 3mm dan terbentuk bagian berwarna kuning dan putih. Pada umur 3,5 bulan panjangnya mencapai 3,5 mm.
5. Buah ( Fructus )
Berat satu buah yang sudah matang tergantung juga pada tipe induknya yaitu antara 13 – 30 gram dengan panjang buah 5 cm.
Kematangan buah kelapa sawit dibedakan menjadi, matang morfologis yaitu buah telah sempurna bentuknya serta kandungan minyak sudah optimal, dan matang Fisiologis adalah kematangan buah yang sudah lebih lanjut yaitu telah siap tumbuh dan berkembang, biasanya setelah 1 bulan sesudah matang morfologis.
Fraksi tandan yang baik adalah 2 dan 3, tetapi tentu tidak akan diperoleh 100%. Panen dikatakan baik jika dapat mengumpulkan fraksi 2 dan 3 sebanyak 65 %, fraksi 1 Max 20 % dan fraksi 4 Max 15 %.
2.4. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor luar maupun faktor dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri, antara lain jenis atau varietas tanaman. Sedangkan faktor luar adalah faktor lingkungan, antara lain iklim dan tanah dan teknik budidaya yang dipakai (Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2005).
2.4.1. Iklim
Faktor-faktor iklim yang penting adalah curah hujan, suhu (temperatur), intensitas penyinaran dan angin. Faktor-faktor ini sepintas lalu tampak berbeda jelas satu sama lain, tetapi pada kenyataannya berkaitan erat dan saling mempengaruhi (Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2005).
a. Curah Hujan
Curah hujan merupakan komponen iklim terpenting terhadap kriteria kesesuaian iklim. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang utara-selatan 12° pada ketinggian 0 – 500 m dari atas permukaan air laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 1.750 – 3.000 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Hal ini bukan berarti kurang dari 1.750 mm tidak baik, karena kebutuhan efektifnya hanya 1.300 – 1.500 mm (Supriadi, 1998).
b. Temperatur
Temperatur yang optimal 24 – 28 °C, terendah 18 °C dan tertinggi 32 °C. Kelembaban 80% dan penyinaran matahari 5 – 7 jam/hari. Pada beberapa daerah seperti Riau, Jambi, Sumatera Selatan sering terjadi pada bulan tertentu penyinaran matahari ini kurang dari 5 jam. Hal ini dapat menyebabkan rusaknya jalan (becek), sehingga menghambat kegiatan-kegiatan pemeliharaan tanaman.
Kelembaban rata-rata yang tinggi akan merangsang perkembangan penyakit. Ketinggian dari permukaan laut yang optimal adalah 0 – 400 meter. Pada ketinggian yang lebih pertumbuhan akan terhambat dan produksi lebih rendah (Supriadi, 1998).
c. Intensitas penyinaran
Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena merupakan salah satu syarat mutlak bagi terjadinya proses fotosintesis. Untuk pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurang-kurangnya 5 jam penyinaran per hari sepanjang tahun. Meskipun sebaiknya selama beberapa bulan terdapat 7 jam penyinaran per hari, tetapi statistik menunjukkan bahwa di berbagai wilayah kelapa sawit yang lama penyinarannya diluar batas-batas tersebut dapat diperoleh produktivitas yang memadai juga (Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2005).
Disamping lama penyinaran, aspek penyinaran lain yang penting adalah intensitasnya. Di daerah-daerah yang intensitas penyinarannya rendah, misalnya karena pohon-pohon kelapa sawit ternaungi, atau jarak tanam yang terlalu rapat, sebagian dari karangan bunga akan gugur (aborsi) sehingga produktivitas kebun menurun (Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2005).
d. Angin
Kecepatan angin 5 – 6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru doyong atau miring (Supriadi, 1998).
2.4.2. Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podsolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu (HK), Regosol, Andosol, Organosol dan Alluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah :
 Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik.
 Tekstur ringan, dikendaki memiliki pasir 20 - 60%, debu 10 - 40%, liat 20 - 50%.
 Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang.
 pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4 - 6 namun yang terbaik adalah pH 5 - 6. Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut.
Tanah Andosol sangat baik karena sifat kimia dan fisiknya baik tetapi tidak begitu luas.
Tanah Organosol atau gambut mengandung lapisan yang terdiri dari bahan organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut dan memiliki pH rendah (Supriadi, 1998).
2.4.3. Tinggi Tempat dan Topografi
Kelapa sawit akan tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0 - 400 m dari permukaan laut, namun yang terbaik adalah pada ketinggian 0 - 200 m. Topografi yang sesuai dengan tanaman kelapa sawit yaitu berombak-bergelombang, selain itu adanya topografi yang sangat sesuai pada tanaman ini adalah datar-berombak (Pahan, I., 2007).
2.5. Budidaya Kelapa Sawit
Untuk menghasikan buah kelap sawit dengan jumlah daun mutu yang baik perlu memperhatikan teknik budidaya yang meliputi pembukaan lahan, penanaman, dan perawatan tanaman yang benar ( Yan Fauzi, et all, 2005).

2.5.1. Pembukaan Lahan
Perkebunan kelapa sawit dapat dibangun di daerah bekas hutan, alang – alang dan sebagainya. Daerah tersebut memiliki topografi yang berbeda – beda dan hal yang perlu diperhatikan dalam pembukaan areal perkebunan adalah tetap terjaganya lapisan lapisan olah tanah ( top soil ) (Fauzi, et. al., 2005).
Tahap awal pekerjaan pembukaan lahan khususnya pada hutan dimulai dengan pengimasan. Pengimasan adalah pekerjaan memotong dan menebas semua jenis kayu maupun semak belukar yang ukuran diameternya kurang dari 10 cm. Pemotongan kayu dilakukan serapat mungkin dengan permukaan tanah, pengimasan dilakukan secara manual dengan menggunakan parang dan kapak. Setelah pengimasan selesai dilanjutkan dengan pekerjaan penumbangan batang – batang kayu yang diameternya lebih dari 10 cm. Penumbangan dilakukan dengan menggunkan gergaji mesin ( chain saw) dengan arah yang sejajar artinya jika penumbangan awal dilakukan dari arah Utara – Selatan maka penumbangan selanjutnya juga dilakukan dengan arah yang sama agar kayu hasi tebangan tersebut tidak tumpah tindih. Setelah penumbangan selesai dilakukan perumpukan kayu oleh alat berat, sebelum perumpukan dilakukan sebaiknya batang – batang kayu yang terlalu panjang dan besar dipotong – potong hingga panjang rata – rata menjadi 6 – 8 m. Sedangkan batang – batang yang kecil dan pendek tidak perlu di potong lagi ((Fauzi, et. al., 2005).).
2.5.2. Pembuatan Jalan
Jaringan jalan merupakan urat nadi usaha budidaya dan pengolahan kelapa sawit. Kelancaran arus jalan merupakan kunci sukses yang mempengaruhi efisiensi dalam setiap kegiatan pengelolaan perkebunan.
Menurut Pahan, I., (2007), jaringan jalan terdiri atas:
a. Pasar Pikul yaitu tempat pengangkutan TBS dari blok menuju TPH.
b. Rintis Tengah yaitu jalan yang membagi blok menjadi 2 bagian yang sama rata.
c. Jalan Pengumpul yaitu jalan dengan lebar 7 m sebagai tempat diletakkannya TPH.
d. Sub jalan Utama yaitu muara dari beberapa jalan pengumpul.
e. Jalan Utama yaitu jalan besar ditengah kebun yang merupakan muara dari semua jalan yang akan dilalaui truk pengangkut TBS setiap harinya.
2.5.3. Pembuatan Saluran Draenase
Pembuatan saluran draenase dapat dibedakan dalam beberapa kelas (Risza, S, 1994) yaitu :
1. Parit I adalah parit pembuangan ke kanal/kesungai dengan ukuran dasar 180 cm.
2. Parit II adalah parit penyaluran dari parit II dan IV dengan ukuran dasar 90 – 100cm.
3. Parit III adalah parit penyaluran air dari parit IV dengan ukuran dasar 60 – 90 cm.
4. Parit IV adalah parit penyaluran air dari lapangan, ukuran dasar 30 – 60 cm.
2.5.4. Pengajiran ( memancang )
Pengajiran adalah untuk menentukan tempat – tempat yang kelak akan ditanami kelapa sawit sesuai dengan jarak tanam. Sistem jarak tanam yang digunakan adalah segitiga sama sisi dengan jarak 9 m x 9 m x 9 m dengan jumlah populasi 143 pohon (Setyamidjaja, D, 1991).
2.5.5. Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lobang tanam dilakukan + satu minggu sebelum menanam dengan ukuran lobang tanam 60 x 40 x 60 cm (lebar atas, bawah dan kedalaman). Sewaktu menggali lobang tanam tanah top soil (tanah lapisan atas) dan tanah sub soil (tanah lapisan bawah) harus dipisahkan (LPP, 2004).
2.5.6. Persiapan Bahan Tanam
Pada umumnya tanaman kelapa sawit di Indonesia berasal dari bibit yang dikembangbiakkan dengan cara generatif yaitu dengan biji. Namun sejalan dengan perkembangan teknologi, pengadaan bibit kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan kultur jaringan (Fauzi, et. al., 2005).
Pada dasarnya dikenal dua sistem pembibitan yaitu sistim pembibitan satu tahap (single stage) dan sistem pembibitan dua tahap (double stage). Pada penerapan sistem tahap ganda penanaman bibit dilakukan sebanyak dua kali yaitu tahap pertama kecambah ditanam dikantong plastik kecil dan dipelihara selama 3 bulan, dan tahap kedua ditanam pada polibag besar dan dipelihara selama 9 – 10 bulan. Pada prinsipnya, sistim pembibitan ini memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menghasilkan bibit yang berkualitas dengan daya tahan tinggi dan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan lebih baik sehingga faktor kematian bibit pembibtan dan di lapangan dapat ditekan sekecil mungkin. (Fauzi, et. al., 2005).
2.5.7. Penanaman Penutup Tanah ( Leguminosa Cover Crop )
Menurut Amir, S., dan Wahono, S., (2005), jenis dan species tanaman penutup tanah dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Pueraria Javanica ( PJ ), pertumbuhanya semula agak lambat akan tetapi dapat bertahan lama dan lebih tahan terhadap naungan dari pada CM dan CP.
2. Colopogonium Mucunoides ( CM ), cepat tumbuh tetapi tidak dapat bertahan lama dan tidak tahan terhadap naungan.
3. centrocema pubescent ( CP ) sama dengan CM
4. Psophocarpus Palustris ( PP ) hampir sama dengan PJ tetapi lebih tahan terhadap air/rendaman hanya bibitnya tidak tahan lama disimpan.
5. Mucuna Chocinesis ( MC ) cepat tumbuh tetapi umurnya pendek ± 3 bulan dan MC memiliki bau spesipik yang tidak disukai oryctes sp.
6. Colopogonium Caeruleum ( CC ) pertumbuhan awalnya agak lama tetapi tahan terhadap naungan dan umurnya panjang.
Penanaman kacangan di areal bukaan baru dengan sistem larikan atau sistem cangkul dengan jarak tanam 1 x 1 m. Larikan sedalam 5 cm kemudian kacangan tersebut ditanam dan lobang ditutup kembali. Kacangan sebaiknya dicampur dengan RP ( Rock Phospat ) pada saat penanaman dengan perbandingan 1 : 1 dan pada umur 2 bulan di pupuk kembali dengan pupuk fosfat alam untuk mempercepat pertumbuhan kacangan ± 30 kg/ha (Risza, S, 1994).
2.5.8. Penanaman Tanaman Pokok
Bibit yang sudah berumur 10 – 12 bulan dibawa kelapangan dan siap untuk ditanam. Setelah itu sediakan pupuk fosfat alam 200 gram/lobang dan dicampu dengan tanah top soil. Setelah itu dasar polibag disayat dan bibit dimasukan dalam lobang dan plastik ditarik keatas dan dikumpulkan. Untuk daerah serangan tikus 1/3 polibag dibiarkan dalam tanah dan bagian atas diikatkan kepangkal bibit atau pada pancang tanam. Tanah – tanah top soil yang bercampur dengan pupuk dimasukan kedalam lobang tanam sekeliling bibit kemudian dipadatkan (Risza, S, 1994).
2.5.9. Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit
1. Penyulaman
Penyulaman bertujuan untuk mengganti tanaman yang mati atau pertumbuhanya kurang baik dengan tanaman yang baru. Kematian atau kurang baiknya pertumbuhan dapat disebabkan beberapa hal yaitu penanaman yang kurang teliti, kekeringan, terendam air, terserang hama penyakit. Penanaman dikatakan barhasil jika jumlah sulaman maksimal 2 – 3 % dari bibit yang ditanam. Saat yang baik melakukan penyulaman adalah 12 – 14 bulan. Cara penyulaman pun sama dengan penanaman sebelumnya (Yan Fauzi, et all, 2005).
2. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman pokok. Dalam pengertian ini, semua praktik budidaya di pertanaman (sejak penyiapan lahan) dapat dibedakan antara yang lebih meningkatkan daya saing tanaman pokok atau yang meningkatkan daya saing gulma dan praktik budidaya yang salah atau keliru dapat berakibat pada peningkatan daya saing gulma (Pahan, I., 2007).

3. Kastrasi
Kastrasi adalah pemotongan bunga jantan dan betina yang masih muda pada tahap pembungaan awal pada TBM berumur 14-20 bulan. Pemotongan bunga berlangsung selama 10-12 bulan dengan rotasi satu bulan sekali sebelum panen perdana dan alat yang digunakan adalah dodos yang pada ujungnya berkait.
Keuntungan dilakukannya kastrasi yaitu :
a. Merangsang pertumbuhan optimum.
b. Menghemat penggunaan unsur hara dan air.
c. Sanitasi tanaman menjadi bersih, sehingga mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit.
Kastrasi yang diikuti dengan penyerbukan bantuan, pada panen perdana akan menghasilkan tandan yang lebih sempurna dan lebih berat (Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2005).
4. Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu tindakan pemeliharaan yang paling penting. Walaupun biaya pemupukan sangat tinggi yaitu 40%-60% dari biaya pemeliharaan lainnya, tetapi pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produktivitas sangat besar. Pengaruh pemupukan terhadap produksi bersifat jangka panjang dan baru akan terasa setelah 2 atau 3 tahun kemudian. Pemupukan sangat erat hubungannya dengan faktor lingkungan sumber daya alam seperti iklim, tanah dan topografi, oleh karena itu keberhasilan pemupukan sangat tergantung dari manajemen pemupukan di lapangan (Risza, S, 1994).

5. Penunasan
Penunasan adalah pembuangan daun – daun tua yang tidak produktif pada tanaman kelapa sawit. Tujuan dari pemangkasan adalah untuk memperbaiki udara disekitar tanaman, mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan brondolan, dapat juga membantu memudahkan pada saat waktu panen berlangsung. Untuk tanaman berumur 3 – 8 tahun, jumlah pelepah yang optimal sekitar 48 – 56 pelepah dan umur lebih dari 8 tahun jumlah pelepah yang optimal sekitar 40 – 48 pelepah (Risza, S, 1994).
6. Pengendalian Hama Dan Penyakit
Hama yang biasa menyerang pada tanaman belum menghasilkan dan tanaman sudah menghasilkan tidak selalu sama. Ada hama yang bersifat permanen seperti ulat api dan ulat kantong dan ada pula yang bersifat sementara seperti gangguan jenis mamalia misalnya gajah, babi dan lain – lain. Dalam hal ini sistim pengendaliannya tentu jelas berbeda (Risza, S, 1994).
Penyakit tanaman apabila sudah meledak sangat sulit untuk dikendalikan. Berdasarkan hal tersebut maka yang lebih ditekankan adalah pencegahan bukan pemberantasan beberapa penyakit yang harus diamati baik pada TBM maupun TM antara lain :
a. Busuk pangkal batang disebabkan oleh jamur ganoderma sp
b. Penyakit tajuk ( crown deseases ) yang disebabkan oleh jamur yang belum diketahui dan kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik.
c. Busuk tandan yang disebabkan oleh jamur marasmius palmivorus (Risza, S, 1994).

7. Panen Kelapa Sawit
Panen merupakan tahapan kegiatan yang sangat penting dalam budidaya kelapa sawit, karena akumulasi dari semua aktivitas sebelumnya mulai dari penanaman sampai pemeliharaan tanaman dan keberhasilannya akan tercermin pada kegiatan panen. Selain itu panen adalah suatu kegiatan memotong tandan buah yang matang kemudian mengutip tandan dan brondolan yang tercecer di dalam dan di luar piringan, selanjutnya membawa ke TPH dan disusun dengan rapi (Amir, S., dan Wahono, S.,2005).
Ciri-ciri tandan matang panen yaitu :
a. Sudah ada buah yang jatuh/lepas dari tandannya (membrondol).
b. Berat tandan 3-6 kg terdapat sedikitnya 5 brondolan.
c. Berat tandan 6-8 kg terdapat sedikitnya 8 brondolan.
d. Berat tandan 8-15 kg terdapat sedikitnya 15 brondolan.
e. Berat tandan > 15 kg terdapat sedikitnya 20 brondolan (Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2005).
2.6. Pengolahan Hasil Panen
Proses pengolahan buah menjadi minyak dapat dilakukan dengan cara yang sederhana dan dapat pula dengan teknologi tinggi yang sudah biasa digunakan oleh perkebunan-perkebunan besar yang menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) dengan kualitas ekspor (Risza, S, 1994).
Menurut Lubis, A.U. (1992), tujuan utama dari pengolahan hasil merupakan pengolahan tandan buah segar (TBS) sebagai bahan baku menjadi minyak kasar (CPO) dan inti (kernel). Untuk mencapai minyak yang berkualitas dan berkuantitas tinggi haruslah perlu menetapkan sistem pada panen menurut kriteria panen yang telah ditentukan. Kriteria itu antara lain matang buah, rotasi panen, kebersihan panen dan jumlah buah yang jatuh (brondolan). Pengangkutan buah ke pabrik harus disesuaikan dengan jumlah tandan buah yang dipanen, sehingga tidak terjadi penumpukan tandan buah segar.
Buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar hanya mengandung 0,1% asam lemak. Tetapi buah-buah yang sudah memar atau pecah, dapat mengandung Asam Lemak Bebas (ALB) sampai 50%, hanya dalam waktu beberapa jam saja. Bahkan apabila buah dibiarkan begitu saja tanpa perlakuan khusus, dalam waktu 24 jam kandungan ALB-nya dapat mencapai 67% (Setyamidjaja, D. 1991). Data peningkatan kadar ALB dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Peningkatan ALB Minyak Akibat TBS Lama Diolah atau Menginap
Di lapangan.
Lamanya menginap di lapangan (hari) Kadar ALB (%)
1 3,40
2 3,82
3 4,32
4 4,88
5 5,26
Sumber : Lubis, A.U. (1992)
Proses pengolahan hasil dilakukan dengan melalui beberapa tahap yaitu penimbangan, bongkar buah (loading ramp), perebusan (sterilizer), penebahan (stripping, threshing), pengangkutan (digestion), pengempaan (pressing), pemurnian (clarification), pemisahan inti sawit dari tempurung (Risza, S. 1995).

a. Penimbangan
Langkah pertama adalah melakukan penimbangan panen yang diterima di pabrik. Penimbangan dilakukan di atas jembatan timbang. Sesudah itu ditimbang lagi dalam keadaan kosong (Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2005). Umumnya jembatan timbang yang digunakan PKS berkapasitas 30-40 ton dan dioperasikan secara mekanis maupun elektronis, kemudian pada saat penimbangan, posisi truk harus berada di tengah agar beban yang dipikul merata (Pahan, I., 2007).
b. Bongkar buah (Loading Ramp)
TBS yang telah ditimbang di jembatan selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan menuang langsung dari truk. Loading ramp merupakan suatu bangunan dengan lantai berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10 cm dengn kemiringan 450 dan kisi-kisi tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil serta sampah yang terikut dalam TBS (Pahan, I., 2007).
c. Perebusan (Sterilizer)
Perebusan melunakkan buah sehingga daging buah mudah lepas dari biji sewaktu diaduk dalam bejana peremas. Pada perebusan terjadi pengeringan pendahuluan dari biji dan inti mulai lekang dari biji. Pelepasan uap dengan cepat dari rebusan akan menguapkan sebagian air buah, sehingga buah menjadi lemah dan minyak mudah diperas dari dalamnya pada waktu pengempaan (Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2005). Kemudian perebusan yang dilakukan dengan tekanan uap 2,8 kg/cm2 dan waktu antara 80-90 menit merupakan yang paling optimal karena menghasilkan minyak dan inti yang memuaskan, selain itu proses perebusan juga perlu dilakukan pengurasan udara agar udara bisa keluar dan digantikan oleh uap air sebagai media perebusan (Pahan, I, 2007).
d. Penebahan (Stripping, threshing)
Penebahan adalah untuk melepaskan buah dan kelopak dari tandan yang sudah direbus. Penebah adalah suatu alat berbentuk teromol mendatar yang sedikit miring dengan kisi-kisi yang bercelah sedikit lebih besar daripada ukuran brondolan. Tandan setelah terjatuh kembali (terbanting) akan melepaskan buahnya, demikian terjadi berkali-kali sampai tandan kosong akhirnya terlempar dari ujung teromol (Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2005).
Lori rebusan ditarik keluar yang kemudian diangkut ke atas dengan Hoisting Crane setelah perebusan. Dengan alat pengangkut lori yang berisi buah rebusan dibalikkan di atas mesin penebah (stripping) yang berfungsi melepaskan buah dari tandan. Buah yang lepas (brondolan) jatuh ke bawah melalui conveyor serta elevator menuju ke ketel adukan (digester) (Fauzi, et. al., 2005
e. Peremasan (Digestion)
Buah diaduk dalam suatu bejana silindris tegak (ketel) selama beberapa waktu sementara dipanaskan pada suhu yang tinggi. Bejana dilengkapi dengan beberapa pasang lengan atau pisau pengaduk sehingga buah yang diaduk didalamnya menjadi hancur karena diremas akibat gesekan yang timbul antara sesama buah dan diantara massa remasan dengan pengaduk serta dinding ketel. Tujuan peremasan adalah meremas buah sehingga daging buah lepas dari biji dan menghancurkan sel-sel yang mengandung minyak agar dapat diperas sebanyaknya pada proses pengempaan (Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2005).

f. Pengempaan (Pressing)
Tujuan pengempaan adalah memeras minyak sebanyak mungkin dari massa remasan, sehingga kehilangan minyak sekecil-kecilnya (Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2005). Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan ke dalam screw press dengan tujuan untuk pengenceran sehingga massa bubur yang dikempa tidak terlalu rapat dan jika massa bubur buah terlalu rapat maka akan menghasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan menyulitkan proses pemisahan sehingga mempertinggi kehilangan minyak (Pahan, I., 2007).
g. Pemurnian dan penjernihan minyak
Minyak yang keluar dari mesin pengepres mengandung 45% - 55% air, lumpur dan bahan-bahan lainnya. Minyak yang masih kasar ini kemudian dibawa ke tangki pemurnian atau tangki klarifikasi. Setelah mengalami pemurnian, akan diperoleh 90% minyak, dan sisa lainnya adalah lumpur (sludge). Minyak tersebut setelah dilakukan penyaringan kemudian ditampung dalam tangki dan dijernihkan lebih lanjut untuk memisahkan air yang masih terkandung didalamnya. Selanjutnya minyak dilewatkan pada continuous vacuum dryer sehingga diperoleh minyak berkadar air kurang dari 0,1%. Minyak ini ditampung dalam tangki penampungan (storage tank) dan sudah siap untuk dijual kepada konsumen (Setyamidjaja, D., 1991).
Kualitas minyak kelapa sawit ditentukan oleh kadar ALB, kandungan air dan mudah tidaknya minyak tersebut dijernihkan (bleach-ability). Sisa olahan yang berupa lumpur, kemudian disaring dan disalurkan ke dalam tangki serta dipanasi lagi. Kemudian diolah lagi untuk memisahkan minyak dari bahan pengotornya. Setelah itu dikembalikan lagi ke dalam tangki klarifikasi untuk mengalami proses pemurnian lagi (Setyamidjaja, D., 1991).
h. Pemisahan inti sawit dari tempurung
Pemisahan inti dari tempurungnya berdasarkan berat jenis (BJ) antara inti sawit dan tempurung. Alat yang digunakan disebut Hidrocyclone Separator. Dalam hal ini, inti dan tempurung dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung (Fauzi, et. al., 2005).
Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus segera dikeringkan dengan suhu 80 oC dan setelah kering inti sawit dapat dipakai atau diolah lebih lanjut, yaitu diekstraksi sehingga dihasilkan minyak inti sawit Palm Kernel Oil (PKO) (Fauzi, et. al., 2005).
2.7. Manfaat Tanaman Kelapa Sawit
Menurut Lembaga Pendidikan Perkebunan (2004), bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomis adalah buah. Buah tersusun dalam sebuah tandan yang disebut TBS (Tandan Buah Segar). Buah diambil minyaknya dari :
 Sabut (daging buah/mesocrap) menghasilkan minyak sawit kasar (CPO) 20-24%.
 Inti sawit sebanyak 6% yang menghasilkan inti minyak sawit (PKO) 3-4%.
Minyak kelapa sawit mempunyai potensi yang cukup besar untuk industri non pangan dan industri oleokimia (fatty acids, fatty alkohol, dan gliceriene). Kemudian pada produk non pangan yang dihasilkan dari minyak sawit diproses melalui proses hidrolisis (Splinting) untuk menghasilkan asam lemak dan gliserin (Fauzi, et. al., 2005).
Disamping itu minyak kelapa sawit juga mempunyai potensi yang cukup besar untuk industri kosmetik dan farmasi, karena mempunyai sifat sangat mudah diabsorpsi oleh kulit dimana banyak digunakan untuk pembuatan shampo, krim (crem), minyak rambut, sabun cair, lipstik, dan lain-lain. Minyak kelapa sawit mempunyai kandungan -karotena yang cukup tinggi, sehingga banyak digunakan untuk obat kanker paru-paru dan kanker payudara (Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2005).
Tanaman kelapa sawit selain menghasilkan minyak sebagai produk utama juga menghasilkan produk sampingan, antara lain :
- Ampas dan tandan buah yang dapat diabukan dan digunakan sebagai pupuk kalium dan ampas sebagai bahan bakar boiler.
- Ampas inti sawit dapat digunakan sebagai pakan ternak.
- Cangkang atau tempurung dapat diolah menjadi arang dan sebagai bahan pengeras jalan di kebun (Setyamidjaja, D. 1991).

II. METODE PELAKSANAAN

3.1. Lokasi PKPM
3.1.1. Kondisi Lingkungan
 Luas lahan dan jenis tanaman yang diusahakan
Luas lahan yang dimiliki oleh PT. Incasi raya unit sawit pangian adalah 6.890 Ha. Paeda lahan tersebut ditanami kelapa sawit seluas 6.673 Ha dan 140 Ha ditanamai dengan karet sejak bulan juni 1995. luas lahan yang tersisa digunakan untuk pembuatan perumahan staf dan karyawan harian, pabrik, sarana olah raga, perkantoran dan lain-lain.
Kebun PT. Incasi raya kebun pangian bagian penanaman dibagi menjadi 6 divisi, dimana 3 Divisi dikebun barat dan 3 Divisi dikebun timur, dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 3. Bagian wilayah PT. Incasi Raya Pangian
No Wilayah Divisi Afdeling Estate manajer
1 Timur I A,B,K dan L Ir,Arifin siagian
2 III C,D,F dan G
3 V H,E,I dan J
4 Barat II M,N,O dan P Sumarsono
5 IV R,S,T dan U
6 VI V,W dan Y

Dari tabel diatas jelas terlihat bahwa PT. Incasi raya unit sawit pangian ini terbagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah timur dan wilayah barat. Masing-masing wilayah dikepalai oleh satu orang pimpinan yang disebut dengan Estate manajer sedangtkan padasetiap divisi dikepalai oleh seorang Divisi manajer, untuk setiap afdeling dipimpin oleh assisten afdeling yang dibantu oleh pengawas afdeling. Pada saan melaksanakan PKPM ini dilakukan diwilayah timur adan barat.
 Syarat tumbuh
 Iklim
Kondisi iklim PT. Incasi raya unit sawit pangian termasuk tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata 3.220/tahun. Temperatur udara pada PT. Incasi raya unit sawit pangian adalah 27oC-30oC dan lama penyinaran dalam satun hari 5-7 jam.
 Topografi dan ketinggian
Pada umumnya lahan pada PT. Incasi raya unit sawit pangian adalah berbukit dan bergelombang, namun adajuga sebagian yang datar. Kira-kira 60% merupakan lahan berbukit dan bergelombang dan 40% lahan datar. Pada daerah ini banyak terdapat parit dan sungai-sungai kecil yang dapat dijadikan sebagai saluran draenase. Areal perkebunan PT. Incasi raya unit sawit pangian terletak pada ketinggian 200-300 Mdpl.
 Jenis tanah dan usaha konservasi
Jenis tanah diareal PT. Incasi raya unit sawit pangian adalah jenis tanah Podzolik merah kuning (PMK). Usaha konservasi yang dilakukan adalah menanam tanaman Leguminosa cover crop (LCC), penyusunan tandan kosong digawangan mati dan untuk lahan miring dibuat teras kontur dan teras individu. Untuk menygurangi erosi pada lahan yang sering tergenang dibuat perit darenase.
3.1.2. Produk yang dihasilkan
Pengolahan di PT. Incasi raya unit sawit pangian dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian kebun dan pabrik. Dibagian kebun produk yang dihasilkan adalah tandan buah segar (TBS) yang akan diproses pada bagian pabrik. Bagian pabrik PT. Incasi raya unit sawit pangian mampu mengolah 60 ton TBS/jam. Dari hasil pengolahan di pabrik akan menghasilkan produk utama dan produk sampingan. Produk utama yaitu dihasilkan Crede palm oil (CPO) yangt merupakan minyak dari pericarp (danging buah) dan Kernel palm oil (PKO) yang merupakan minyak dari inti.
Dari hasil analisa laboratorium standar mutu CPO dan PKO yang dihasilkan perusahaan adalah :
1. Freefacy acit (FFA) : Maksimal 3,5 %
2. Veroxid value : 1 Mg
3. Kadar kotoran : Maksimal 0,03 %
4. Kadar air : Maksimal 0,1 %
Adapun hasil sampingan yang diperoleh dari proses pengolahan berupa : Tandan kosong, solid, fiber, dan limbah cair yang dapat digunakan sebagai sebagai pupuk dan bungkil yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak.
3.1.3. Pengembangan usaha
Perluasan PT. Incasi raya pada saat ini telah banyak dilakukan, cabang perusahaan ini telah mencapai sekitar 30 cabang yang tersebar di Sumbar, Riau, Jambi dan Kalimantan.

3.2. Metode Kegiatan
Pelaksanaan PKPM ini berlangsung mulai dari tanggal 20 April Smpai tanggal 27 Juni 2009. cara-cara atau metode yang ditempuh untuk mendapatkan pengalaman dalam kegiatan PKPM ini, antara lain:
a) Praktek Langsung
b) Mahasiswa ikut mengerjakan semua kegiatan yang telah disepakati dengan pembimbing lapang, dimana mahasiswa dapat bergabung bersama karyawan.
c) Demonstrasi
d) Metode ini dilakukan apabila sesuai dengan kondisi dan pertimbangan pembimbing lapang bahwa suatu pekerjaan tidak dapat dilakukan oleh mahasiswa karena berbagai faktor seperti faktor keselamatan, ketersediaan alat dan sebagainya.
e) Pengamatan Kegiatan
f) Metode ini dilakukan apabila kondisi tidak memungkinkan untuk mahasiswa mengerjakan suatu pekerjaan dengan alasan tertentu, misal faktor keselamatan
g) Diskusi
h) Pelaksanaan kegiatan diskusi ini dilakukan untuk kegiatan pengetahuan manajemen dan kegiatan-kegiatan lainnya yang tidak dapat dilaksanakan.
i) Pengumpulan Data Sekunder
j) Kegiatan ini sangat diperlukan untuk mahasiswa sebagai bahan dalam penyusunan laporan, seperti data produksi, keadaan iklim dan data lainnya yang dianggap perlu.
3.3. Waktu dan tempat pelaksanaan
Pelaksanaan PKPM ini dilaksanakan di PT.Incasi Raya Group Unit kelapasawit Pangian, yang terletak disitiung IV kecamatan sungai rumbai kabupaten Darmasraya, Sumaterea barat. Perusahaan ini terletak diantara perebatasan sumatera barat dengan peovinsi Jambi, dari ibukota provinsi berjarak sekitar 250 Km, sedangkan ke jalan lintas sumatera berjarak sekitar 25 KM.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Persiapan Lahan
Kegiatan persiapan lahan dalam PKPM ini dilaksanakan oleh untuk menciptakan kondisi lahan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman yang akan dibudidayakan, lahan yang akan dipergunakan harus dipersiapkan seoptimal mungkin. Persiapan lahan yang dilakukan di PT. Incasi raya unit sawit pangian meliputi pembukaan lahan sampai lahan siap tanam, untuk lebih jelasnya dapat diuraikan di bawah ini :
 Survey lahan
Sebelum dilakukan survey lahan tentunya harus ditentukan komoditi yang akan dikembangkan pada lahan tersebut. Kegiatan survey ini dilakukan oleh tenaga-tenaga yang sudah berpengalaman, sehingga dapat meminimalkan kesalahan-kesalahan yang bakal terjadi.
Pengamatan pada survey lahan ini dilakukan terhadap vegetasi yang tumbuh, topografi dan kondisi sosial di sekitar lokasi. Dari hasil survey tersebut akan didapatkan peta yang berisi tentang jenis tanah, vegetasi, lokasi penduduk, kondisi air dan letak sungai. Setelah itu dilakukan pengeblokan-pengeblokan areal dengan ketentuan 40-50 Ha/blok. Pengeblokan ini tergantung pada kondisi lahan yang ada, dimana tujuan pengeblokan untuk memudahkan pengawasan terhadap pekerja.

Prestasi kerja dalam survey lahan adalah sebagai berikut
a. Gang survey terdiri dari seorang surveyor, 2 orang pemancang dan 5 orang perintis ( 1 buldozer ), untuk membuat jalan rintisan berdasarkan pada peta pengembangan.
b. Jalan rintisan mungkin atau tidak menjadi jalan tetap dan sangat tergantung pada topografi dan drainase.
c. Prestasi kerja dalam kegiatan survey sekitar 1000 meter rintisan perhari di daerah agak lebat kondisinya dan pada kondisi lebih ringan mencapai 2000 meter.
d. Pada dataran kering pembuatan tapak jalan dengan buldozer beserta seorang surveyor dan 2 pemancang dapat menyelesaikan 2 km/hari
Prosedur kerja dalam melaksanakan survey adalah sebagai berikut:
a. Ditentukan satu tanda alam sebagai titik rujukan (misalnya persimpangan jalan atau cabang sungai yang telah ada di peta) dan dicari koordinatnya.
b. Pada sepanjang batas areal sesuai dengan peta dan patok, dibuat jalur rintisan selebar 1,5 m, lalu diukur dengan jarak 50 m dan dipasang patok merah.
c. Dimulai dari titik rujukan awal, dibuat jalur rintisan lebar 1,5 m arah Utara-Selatan pada setiap interval 1000 m, kemudian dibuat juga jalur rintisan selebar 1,5 m arah Timur-Barat pada setiap interval 300 m. Jalur rintisan dibuat dalam garis lurus, sehingga dalam pelaksanaanya harus mendaki bukit, menuruni lereng dan menyeberangi sungai.
d. Pada setiap perpotongan jalur Utara-Selatan dan Timur-Barat dipasang patok survey (warna putih), yang diberi tanda kode titik, sedangkan disepanjang jalur rintisan sebagai jalur jalan dipasang patok jalan (warna merah), pada setiap interval 50 m. Jalur Timur-Barat diberi nama dengan huruf abjad, dan jalur Utara-Selatan dengan angka.
e. Data dari setiap titik survey (patok putih) dicatat dengan lengkap dan akurat pada buku catatan survey. Untuk mengetahui jenis tanah, perlu diikutkan surveyor tanah.
f. Pada kondisi khusus (rawa, bukit dan lereng curam), dibuat jalur rintisan dengan interval 100 m lalu pada perpotongan jalur rintisan ini dipasang patok putih dan dicatat data dari setiap patok tersebut.
g. Pada setiap perpotongan jalur survey dengan garis alam (sungai, tebing) dipasang patok biru serta diukur dan dicatat jaraknya dari titik survey terdekat.
h. Posisi dari semua jalur survey digambar pada peta dasar, setiap hari survey.
i. Garis alam (sungai, tebing, parit dll) digambarkan dalam peta dasar.
 Mengimas
Mengimas adalah kegiatan membabat areal dari vegetasi dan anak kayu yang diameter batangnya 10 cm menggunakan parang dan kapak dimana ketinggian babatan diusahakan semepet mungkin dari permukaan tanah. Pengimasan ini bertujuan untuk memudahkan penumbangan atau penebangan kayu nantinya.
Di PT. Incasi raya unit sawit pangian pekerjaan mengimas dilakukan dengan sistem borong yang membutuhkan tenaga kerja 5 Hk/Ha untuk areal datar dan kayu-kayuan tipis sampai 10 HK/Ha untuk areal bukit dan kayu-kayuan tebal.
Prosedur kerja dalam kegiatan mengimas adalah sebagai berikut:
- Bariskan satu grup yang terdiri dari 10 orang dengan jarak 10 meter.
- Atur pekerja agar bergerak serentak menumbang pohon – pohon yang di imas.
 Penumbangan
Pekerjaan menebang dan menumbang dilakukan pada pohon yang berdiameter 10 cm atau lebih. Penumbangan pohon dilakukan dengan alat mekanis yaitu chainsaw.
Di PT. Incasi raya unit sawit pangian penumbangan biasanya dikerjakan oleh kontraktor atau perorangan yang mempunyai chainsaw. Penumbangan diborongkan per 10 ha diareal yang sudah di survey menurut garis jalan rintisan sebelumnya sebagai patokan. Kerapatan pohon-pohon besar biasanya tidak melebihi 100 phn/ha.
Prosedur kerja penumbangan adalah sebagai berikut:
1. Tebang pohon-pohon yang lebih kecil terlebih dahulu dengan tinggi penumbangan dari permukaan tanah 40-60 cm. Ini dapat dikerjakan 12 phn/jam atau 2 chainsaw/ha
2. Kemudian tebang pohon yang lebih besar. Ini dapat dikerjakan 3 phn/jam atau 4 chainsaw/ha.
3. Mencincang ranting (merencek) dan mencincang batang (memerun)
Merencek adalah pekerjaan memotong cabang-cabang kayu dan ranting yang sudah ditebang Pemotongan ini akan mempercepat proses pengeringan dan untuk memudahkan proses pengumpulan dan memerun. Merencek adalah pekerjaan memotong batang dan cabang –cabang besar ukuran panjang 3 meter untuk memudahkan pekerjaan merumpuk

 Merumpuk
Merumpuk adalah kegiatan mengumpulkan batang, ranting dan dahan yang telah ditumbang maupun yang direncek dalam rumpukan atau barisan-barisan teratur yang tidah menjadi tempat penanaman
Prosedur kerja merumpuk pada lahan bukaan baru yaitu:
1. Pertama kali lakukan survey patok 1 dari blok sebelumnya
2. Lalu lakukan survey target pancang kepala
3. Cara buldozer adalah menggunakan pancang belakang
4. 3 (tiga) orang mengambil dan menyediakan pancang
5. 2 (dua) orang memancang sekitar 9 meter jaraknya dengan begitu kebutuhan tanaman sudah cukup
6. Buldozer bekerja maju kedepan dengan melihat tanda dibelakang. Prestasi kerja yang dihasilkan buldozer adalah 1ha/2jam atau 5 ha/hari/buldozer
Hal yang perlu diperhatikan dalam merumpuk menggunakan buldozer adalah Blade dozer harus 15 cm di atas permukaan tanah ketika merumpuk kayu karena dapat merusak tanah dan jangan membongkar tunggul (kecuali peremajaan karet dan sawit).
Apabila peremajaan dari kelapa sawit maka hal yang perlu diperhatikan saat persiapan lahan adalah:
1. Rumpuk jalur harus disusun di gawangan lama.
2. Bonggol harus dibongkar dengan excavator dengan ukuran 2m x 2m x 60cm
3. Kelapa sawit ditanam ditengah antara titik lama pada barisan yang lama
4.1.2. Pembuatan jalan dan parit
Pembuatan jalan pada perkebunan kelapa sawit sangat penting, karena jalan merupakan salah satu faktor untuk menunjang kelancaran dalam pengangkutan terutama bahan-bahan keperluan tanaman, pengumpulan dan pengangkutan hasil ke pabrik. Kegiatan pembuatan jalan terdiri dari mengerok, menimbun serta menguras bagian jalan dengan bulldozer (Compactor) dan sekaligus membuat benteng parit dikiri dan kanan jalan sesuai dengan ukuran dan kelas sebagai mana yang tercantum pada Tabel 6.
Tabel 4. Kelas-kelas dan fungsi jalan kebun di Indonesia
No Kelas jalan Lebar Fungsi jalan
1 Jalan primer 6 m Jalan penghubung antara jalan umum dengan kantor dan pabrik
2. Jalan sekunder 4 m Jalan transportasi di kebun yang arahnya tegak lurus dengan barisan tanaman
3 Jalan tersier 2 – 3 m Jalan yang menghubungkan antara blok-blok kebun

Pembuatan jalan di PT. Incasi raya unit sawit pangian dilakukan dengan bulldozer (HKM) dalam satu hari kerja dapat mengerjakan 800–900 meter. Pekerjaan ini dilakukan dengan sistem borongan. Prinsip kerja dalam pembuatan arah jalan adalah menggunakan pancang di kiri–kanan jalur yang akan dibuat jalan pada batas pinggir parit sesuai dengan jenis jalan masing-masing (0,9–2,5 m dari pancang tanaman terdekat) dengan interval antar pancang 25 m, jalur diantara dua barisan pancang dibersihkan dari tunggul, kayu besar, batu besar dan benda lainnya dengan menggunakan bulldozer. Badan jalan dibentuk dengan grader sambil meratakan badan jalan dan membuat parit jalan, dimana tanah galian parit digusur ke tengah jalan, sehingga badan jalan akan terbentuk cembung. Kemudian badan jalan, bahu jalan dipadatkan dengan compactor.
Pembuatan parit pada lahan rawa, arah parit harus dibuat dari tempat terendah dan 6 meter dari as jalan. Galian parit digunakan sebagai badan jalan.
Parit yang harus dibuat antara lain:
1. Collection drain dengan 2 kali sekop/meter sehingga dapat menghasilkan 90 meter/jam atau 1000 meter/12jam
2. Main drain dengan 4 kali sekop/meter sehingga dapat menghasilkan 45 meter/jam.
 Pembuatan teras
Pembuatan teras bertujuan untuk mencegah erosi dan juga membantu pertumbuhan tanaman serta mempermudah dalam pemeliharaan dan panen.Teras harus dibuat pada kemiringan > 20 derajat tetapi dihentikan pada kemiringan 35 derajat. Di PT. Incasi raya unit sawit pangian teras yang dibuat adalah teras tapak kuda dan teras kontur.
1. Teras tapak kuda
Teras tapak kuda adalah teras individu yang dibuat memotong lereng bukit pada kemiringan 6°–20° pada setiap titik tanam, sehingga di dapatkan tempat tanam yang datar. Pembuatan teras tapak kuda dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul dan linggis dengan ukuran minimal 3 x 3 meter dan maksimal 4 x 4 m. Cara pembuatan teras tapak kuda dilakukan dengan cara terlebih dahulu mengukur lebar tapak kuda pada titik pancang secara horizontal, lalu beri tanda dari ujung ke ujung dengan cangkul dan pancang dicabut. Mulai dari garis ujung di gali tanah kearah bukit dengan menggunakan cangkul dan linggis, tanah galiannya ditimbun ke bagian bawah tapak kuda sambil di padatkan selapis demi selapis. Penggalian di teruskan ke arah bukit sampai sejauh 60 % lebar tapak kuda dari garis awal tadi, sampai dipadatkan ukuran tapak kuda yang cukup dengan ke miringan yang memadai (10°-15°) ke arah dalam. Tanah timbunan dipadatkan dan dibuat selebar 40 % dari lebar tapak kuda, kemudian pancang di tancapkan ke posisi semula. Prestasi kerja pembuatan teras tapak kuda sebanyak 5–10 buah/HK. Kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja borongan.
Untuk lebih jelasnya, pembuatan teras tapak kuda dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 9. Pembuatan teras tapak kuda
Tujuan pembuatan teras tapak kuda adalah:
 Untuk memberikan tempat tanam yang sesuai dan sarana yang memadai bagi kegiatan pemeliharaan, pemupukan, dan panen di daerah yang bergelombang.
 Untuk menekan terjadinya erosi tanah dan kehilangan hara.
 Untuk mengurangi aliran permukaan (run off) akibat air hujan.
 Untuk meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah
2. Teras kontur ( teras bersambung )
Teras kontur adalah teras yang dibuat pada areal yang sangat miring (sudut 20°-35°) secara bersambung pada arah horizontal sehingga didapatkan tempat tanam atau jalur jalan yang datar.
Tujuan pembuatan teras sambung adalah :
 Untuk menciptakan tempat tanam atau jalan setapak yang datar dan bagus, serta sarana yang memadai untuk menunjang kegiatan pemeliharaan, pemupukan dan panen di daerah berbukit.
 Untuk mengurangi laju aliran permukaan (Run off) dari air hujan.
 Untuk meminimalkan terjadinya erosi tanah dan kehilangan unsur hara.
 Untuk meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah.
Cara kerja pembuatan teras sambung yaitu bulldozer mulai menggali lereng bukit dari garis penghubung antar pancang teras ke arah bukit, dan tanah galiannya digusur ke bagian bawah bibir teras sampai didapatkan lebar teras yang cukup. Arah depan teras yang dibuat harus betul-betul datar, sedangkan ke arah bukit dasar teras harus miring 10°-15°. Selama pembuatan teras harus diusahakan agar tanah galian di bagian luar teras digilas sambil menggusurnya sehingga didapatkan tanah gusuran yang cukup padat yang tidak mudah longsor apabila terkena hujan. Lebar teras sekurang-kurangnya 4 meter.
Pemancangan
Pemancangan berguna untuk mengatur letak barisan tanaman. Tujuan dari pengaturan barisan ini adalah mendapatkan jarak tanam yang teratur, memaksimalkan masuknya sinar matahari keareal kebun, memperoleh populasi yang mencukupi per hektarnya dan memudahkan dalam pemeliharaan.
Di PT. Incasi raya unit sawit pangian menggunakan jarak tanam 9,42 m x 9,42 m x 9,42 m sehingga diperoleh jumlah tanaman 130 populasi/Ha. Sistem yang umum digunakan untuk tanaman kelapa sawit adalah segi tiga sama sisi yang disebut juga sistem mata lima, dengan jarak segitiga sama sisinya 9,42 meter.
Pemancangan dilakukan oleh satu tim pemancang terdiri dari 5 orang yaitu 1 orang surveyor, 2 orang pemancang, 1 orang membantu menyenter dan 1 orang pengumpul pancang. Satu tim pemancang dapat menyelesaikan 5 ha/Hk atau 1,25 ha/pekerja.
Pemancangan dilakukan dengan cara:
 Mulai dengan memasang pancang kepala yang berada di tengah jalan
 Periksa bahwa pancang kepala yang ada di belakang blok sejajar dengan pancang kepala dan poin awal adalah harus bersudut 90 derajat dari titik awal pancang kepala.
 Periksa bahwa bendera-bendera di kedua pancang kepala adalah sama jaraknya.
 Pancang dan senter ke 5 arah barisan pada saat yang sama
 Dari pancang kepala di tengah jalan yang tidak ada paritnya. Pancang pertama berjarak 6 m.
 Titik tanaman pertama pada barisan berikutnya adalah 6 m. Pemancang maju kedepan dan memancang titik tanaman sampai setiap ujung barisan
 Apabila 5 baris telah selesai, ke 4 pemancang memeriksa ulang apakah sudah lurus.
 Kemudian 5 baris berikutnya disurvey dan ditandai
 Pada jarak blok 330 m setiap 10 baris adalah sama dengan 5 ha.
Alat-alat yang digunakan dalam pemancangan ini yaitu pancang, kabel yang sudah diberi tanda, dan kompas.
 Penanaman leguminosa cover crop (LCC)
Penanaman LCC sangat penting pada perkebunan, selain mencegah bahaya erosi dan memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, mempercepat proses pelapukan juga menekan pertumbuhan gulma sehingga tanaman menjadi subur dan cepat menjadi dewasa.
Jenis tanaman LCC yang ditanam di lahan kebun Paya Pinang yaitu Mucuna bracteata, Pueraria javanica ( PJ), Colopogonium caeruleum (CC).
LCC yang dibutuhkan untuk tiap ha adalah:
 Mucuna bracteata, sebanyak 500 polybag ( diperbanyak dengan stek )
 Pueraria javanica ( PJ), sebanyak 5 kg
 Colopogonium caeruleum (CC), sebanyak 2 kg
Pemeliharaan LCC yang dilakukan meliputi:
1. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan LCC. Pupuk di tabur sepanjang jalur LCC kemudian ditebar lebih luas sejalan dengan perkembangan LCC
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan jalur tanaman. Dapat dilakukan sekitar 6 minggu setelah LCC tumbuh.
3. Selective hand weeding
Selective hand weeding dilakukan setiap 2 bulan.
4. Pengendalian hama
Apabila terjadi serangan hama maka spot spraying harus dilakukan menggunakan Ambush 2 EC dengan konsentrasi 0,15-0,2 % dan interval 20 hari.
Persiapan Bahan Tanam
Penyiapan bahan tanam merupakan tahap awal dari kegiatan budidaya dan merupakan tahap paling menentukan berhasil tidaknya usaha budidaya. Kesalahan dalam persiapan bahan tanam sangat besar pengaruhnya terhadap produksi tanaman nantinya. Kegiatan penyediaan benih sampai pada bibit siap untuk ditanam di lapangan, perlu dilakukan untuk mendapatkan bahan tanam yang sebaik mungkin.
Pengadaan bibit yang berkualitas merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi perusahaan perkebunan atau petani yang sangat menentukan produksi. Pada umumnya perbanyakkan kelapa sawit dilakukan dengan cara generatif yaitu dengan biji. Bibit yang unggul merupakan modal dasar untuk mencapai produktifitas yang tinggi ( Asril, 2002 ).
5.2.1. Penyediaan benih
Perhitungan yang tepat terhadap kebutuhan benih sebelum memesan benih perlu dilakukan sehingga tidak terjadi kekurangan dan kelebihan benih. Perhitungan didasarkan pada luas areal yang ditanami, jarak tanam yang digunakan dan kemampuan kultur teknis dalam pembibitan.
Benih yang digunakan oleh PT. Incasi raya unit sawit pangian adalah jenis tenera yang merupakan persilangan dari dura dan pisifera. Benih ini didatangkan dari Marihat Research Station (MRS) dan PT Socfindo Sumatera Utara dalam bentuk kecambah.
5.2.2. Pembibitan
Sistem pembibitan tanaman kelapa sawit pada PT. Incasi raya unit sawit pangian dilakukan dengan sistem 2 tahap yaitu pembibitan awal (pre-nursery) dengan pembibitan utama (main-nursery).
A. Pembibitan awal ( Pre nursery )
Pre nursery dilakukan selama 3 bulan sebelum dipindah ke main nursery. Kegiatan yang dilakukan selama pre nursery meliputi:
1. Pemilihan tempat pembibitan
Kegiatan awal dalam pembibitan adalah pemilihan tempat yang akan dijadikan lokasi pembibitan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
 Areal harus datar dan rata
 Dekat dengan sumber air
 Lahan terbuka
 Terhindar dari genangan air
 Dekat dengan areal penanaman
 Terhindar dari gangguan hewan liar atau ternak
 Dekat dengan (transportasi)
2. Pembersihan areal
Pembersihan areal pembibitan pada PT. Incasi raya unit sawit pangian dilakukan dengan bajak dan garu dengan tujuan membersihkan gulma-gulma dan bahan-bahan yang akan mengganggu persemaian nantinya. Kemudian dilakukan pendataran untuk areal persemaian.

3. Pembuatan bedengan
Di PT. Incasi raya unit sawit pangian kegiatan pembuatan bedengan dilakukan pada areal yang sudah didatarkan, kemudian baru dibuat bedengan dengan arah Utara - Selatan, yang mana panjang bedengan 10 m (sesuai kebutuhan), lebar 1,2 m, dan jarak antar bedengan 0,8 m. Didalam bedengan diberi pasir setebal 2 cm. Kemudian dipinggir diberi papan atau balok yang berguna untuk menyangga polybag setelah disusun.
Norma tenaga kerja:
* Memasang bedengan : 20 bedengan / Hk
* Menabur Pasir : 25 bedengan / Hk
4. Pembuatan naungan
Pembuatan naungan bibit pre-nursery sangat penting, dimana naungan tersebut untuk menghindari bibit dari sinar matahari langsung dan percikan air hujan secara langsung serta menjaga kelembaban media polybag dan sekitarnya.
5. Pengisian polybag
Media polybag yang digunakan adalah lapisan topsoil yang berasal dari lahan lain, dengan ciri-ciri tanahnya sebagai berikut : gembur, subur, sudah bersih dari perakaran dan mengandung bahan organik. Polybag yang digunakan yaitu baby polybag berukuran 25 x 14 cm dan tebalnya 0,01 mm berwarna hitam dan memiliki lobang-lobang kecil. Tanah yang digunakan sebagai media tumbuh kecambah terlebih dahulu diayak kemudian diisi kedalam baby polybag sedikit demi sedikit sambil dihentak-hentakkan untuk menghindari terdapatnya kantong-kantong air di dalam baby polybag. Pengisian hanya dilakukan kira-kira 2 cm di bawah bibir polybag.
Baby polybag yang telah diisi kemudian disusun dengan rapi dan teratur, yaitu 10 polybag untuk lebar dan 100 polybag untuk panjang sehingga kapasitas satu bedengan 1000 baby polybag.
6. Penanaman kecambah
Seleksi terhadap radikula dan plumula yang patah dan yang terserang hama dan penyakit dilakukan sebelum penanaman kecambah. Kecambah yang baru datang harus segera ditanam karena kalau terlambat dalam penanaman mengakibatkan pemanjangan radikula atau plumula, kekurangan air, kering dan busuk kalau diserang cendawan.
Media dalam polybag disiram sebelum dilakukan penanaman, kemudian dibuat lobang tanam dengan menggunakan jari dan dalam lobang 2-3 cm, kemudian dilakukan penanaman kecambah dengan radikula menghadap ke bawah dan plumula menghadap ke atas dan ditutup dengan tanah halus. Dalam penanaman harus diperhatikan antara radikula dan flumula, dimana ciri-ciri radikula yaitu ujungnya agak tumpul, kasar, panjang dan berwarna kecoklatan. Plumula ciri-cirinya adalah berbentuk tombak halus, runcing, pendek dan berwarna putih kekuningan ( Asril, 2002 ).
7. Pemeliharaan bibit
Kegiatan pemeliharaan bibit di pre-nursery terdiri dari beberapa kegiatan yang mencakup penyiraman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit.
a. Penyiraman
Penyiraman sangat penting dilakukan karena air merupakan kebutuhan pokok tanaman. Penyiraman bibit harus dilakukan hati-hati dengan memperhatikan tanah didalam baby polybag. Apabila air penyiraman terlalu deras akan mengakibatkan kecambah rusak dan terbongkar.
Penyiraman yang dilakukan pada pre-nursery adalah selang yang disemprotkan menggunakan tenaga kerja harian. Penyiraman pre-nursery dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore. Penyiraman dilakukan sampai jenuh air. Di PT. Incasi raya unit sawit pangian penyiraman dengan menggunakan air sungai yang dipompakan dengan mesin dan dialirkan oleh jaringan pipa dan selang plastik.
Table 5. Kebutuhan air sesuai dengan umur bibit di pembibitan
No Umur Bibit (bulan) Kebutuhan air/bibit/hari (Liter)
1 0-2 0,6
2 2-4 0,7
3 4-6 1,0
4 >6 1,5
Sumber : Pembibitan kelapa sawit Dept.Agronomi Divisi crop quality & Agronomic practices PT. Incasi Raya Group.
b. Pemupukan
Pemupukan pada pre-nursery dilakukan saat tanaman berumur satu bulan setelah tanam atau sudah berdaun satu helai. Pupuk yang digunakan adalah pupuk cair yaitu pupuk urea yang dilarutkan dalam air. Perbandingan pupuk urea dengan air adalah 2 gram/liter air, dimana satu liter larutan urea dan air dapat digunakan untuk memupuk 100 bibit. Jika yang digunakan pupuk majemuk, maka pupuk majemuk tersebut dengan formula 15:15:6:4 yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan 2 gram/liter air untuk 100 bibit. Pemupukan di pre-nursery dilakukan dengan rotasi seminggu sekali. Kemampuan tenaga kerja untuk melakukan kegiatan pemupukan di pre-nursery ini adalah 10.000 bibit/HK. Jadwal dan dosis pemupukan pada pembibitan pre-nursery dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 6. Jadwal dan dosis pemupukan pada pembibitan awal (pre-nursery)
Umur bibit ( minggu ) Gram / liter air
Urea F : 15:15:6:4
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9
10 2
11 2
12 2
Sumber :Buku pedoman Pembibitan kelapa sawit Dept.Agronomi Divisi crop quality & Agronomic practices PT. Incasi Raya Group.
c. Penyiangan
Penyiangan di PT. Incasi raya unit sawit pangian dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut langsung gulma yang tumbuh baik di dalam maupun di luar polybag. Penyiangan dilakukan satu kali satu bulan yang bertujuan untuk menghindari terjadinya persaingan antara bibit dengan gulma. Prestasi kerja untuk penyiangan adalah 20.000 bibit/HK.

d. Pengendalian hama dan penyakit.
Serangan hama dan penyakit pada pembibitan pre-nursery di PT. Incasi raya unit sawit pangian tidak begitu tinggi. Hama yang menyerang adalah hama belalang dan ulat. Gejala serangan terlihat terpotong-potongnya daun bibit yang mana hasil potongannya bergerigi. Penyakit yang menyerang adalah penyakit bercak coklat yang menyerang daun sehingga menimbulkan bintik-bintik coklat pada daun dan dapat menghambat proses fotosintesa. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan bersamaan penyiangan dengan rotasi sekali dua minggu yang dimulai saat tanaman berumur satu bulan setelah penanaman. Pengendalian menggunakan knapsack sprayer dengan insektisida Decis 30 cc/15 liter air untuk hama dan fungisida Antracol 30 gram/15 liter air untuk penyakit. Pada pembibitan pre-nursery dapat digunakan 15 liter larutan untuk menyemprot 3.000 bibit pada.
e. Seleksi bibit
Selama di pre-nursery bibit diseleksi 2 kali yaitu umur 1,5 bulan dan saat dipindahkan ke main-nursery. Seleksi dilakukan terhadap bibit yang pertumbuhannya terhenti atau kerdil, daun menyempit, tumbuh memanjang, bibit terpilin, penanaman terbalik serta terserang hama dan penyakit. Bibit yang afkir tersebut dipisahkan dan dipelihara secara intensif agar pertumbuhannya lebih baik lagi.
B. Pembibitan utama (main-nursery).
Pengadaan bibit harus sudah dilakukan 2,5-3 bulan pada tahap pre nursery sebelum dipindahkan kepembibitan utama (main-nursery) yaitu setelah bibit memiliki daun 3- 4 helai. Bibit yang akan ditanam diangkut dengan kotak kayu yang dapat memuat 30-35 kantong, yang sebelumnya telah dilakukan seleksi
Kegiatan persiapan tempat pembibitan main-nursery sudah dimulai sejak penanaman kecambah di pre-nursery, karena kegiatannya membutuhkan waktu dan tenaga kerja yang besar. Kegiatan–kegiatan yang dilakukan pada pembibitan main nursery adalah meliputi:
1. Penentuan tempat
Lokasi pembibitan main-nursery harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :
 Dekat sumber air
 Dekat dengan lahan yang akan ditanami
 Dekat dengan jalan (sarana transportasi)
 Dekat dengan pembibitan pre-nursery
 Topografi lahan datar
 Bebas dari gangguan ternak dan hewan liar.
2. Menyiapkan tempat pembibitan utama
Tempat pembibitan yang digunakan di PT. Incasi raya unit sawit pangian terlebih dahulu dilakukan pembersihan areal, pembuatan saluran drainase dan pemasangan instalasi jaringan pipa untuk penyiraman.
Saluran drainase dibuat dengan lebar dasar 40 cm, dalam 40 cm dan lebar atas 60 cm dan digali menggunakan cangkul. Saluran drainase dibuat sesuai dengan kebutuhan.
Instalasi pipa air dibuat untuk pengairan, dimana air berasal dari sungai yang sifatnya sudah permanen dengan adanya bendungan. Pipa dipasang dengan arah Utara-Selatan yang diberi kran pada setiap pipa dan berguna untuk memasang selang. Ukuran pipa yang digunakan adalah 4 inchi yang nantinya dipasang selang yang berdiameter 2 cm.
3. Pengisian polybag besar
Tanah yang digunakan adalah campuran top soil yang didatangkan dari tempat lain. Polybag yang digunakan berukuran 50 x 40 cm tebal 0,2 mm dan bagian bawah terdapat lobang-lobang kecil berdiameter 0,5 cm.
Polybag diisi tanah dengan cangkul, namun bila ada akar-akar yang tersisa harus langsung dibuang. Pengisiannya dilakukan secara bertahap lalu dihentak-hentakkan beberapa kali supaya polybag benar-benar terisi (padat) sehingga tidak terdapat rongga-rongga udara di dalam polybag. Pengisian tanah diusahakan sampai penuh kira-kira 3 cm dari tepi atas polybag.
4. Penyusunan polybag besar
Di PT. Incasi raya unit sawit pangian penyusunan polybag dilakukan dengan sistem segi tiga sama sisi. Untuk jarak penyusunan polybag yaitu 90 x 90 x 90 cm. Penyusunan polybag terdiri atas lima baris dengan arah Utara-Selatan yang mana jarak antara 5 baris polybag dibuat jalur sebagai jalan pemeliharaan dengan lebar 1 m, panjang penyusunan tergantung dari keadaan lokasi di lapangan.
. Alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan pengisian polybag adalah cangkul dan polybag. Pengisian polybag ini dilakukan sebelum bibit dari pre-nursery dipindahkan ke main-nursery.

5. Pemindahan bibit dari pre-nursery ke main-nursery.
Bibit yang dipindahkan dari pre-nursery ke main-nursery adalah bibit yang berumur 3 bulan dari penanaman kecambah, dan telah berdaun 3-4 helai daun Sebelum melakukan penanaman di main-nursery terlebih dahulu bibit diangkut dari pre-nursery dengan menggunakan gerobak dorong yang bermuatan 30 - 35 polybag.
Penanaman bibit di main-nursery dilakukan lebih dahulu melakukan pengeboran menggunakan alat ponjo untuk pembuatan lobang tanam yang dibuat berukuran sama dengan baby polybag dan dalamnya 3 cm dari tinggi baby polybag. Pupuk RP diberikan setelah lubang tanam selesai dibuat dengan dosis 5 gr/lubang tanam. Tanah dalam baby polybag disiram sebelum dilakukan penanaman. Kemudian bagian bawah baby polybag disayat dan penanaman dilakukan kedalam lobang tanam yang telah dibuat, serta baby polybag yang telah disayat ditarik dengan cara menekan tanah polybag ke bawah. Selanjutnya tanah dipadatkan kearah pangkal pokok bibit.
6. Pemeliharaan di main-nursery
Bibit yang telah ditanam di main-nursery perlu dipelihara dengan baik agar pertumbuhannya sehat dan subur. Dengan demikian bibit akan dapat dipindahkan kelapangan sesuai umur dan saat tanam yang tepat. Pemeliharaan di main-nursery mencakup penyiraman, pemberian mulsa, pemupukan, penyiangan, konsolidasi, pengendalian hama penyakit, dan seleksi bibit.
a. Penyiraman
Penyiraman di main-nursery dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan sampai kapasitas lapang, dimana satu polybag membutuhkan air ± 1,5-2 liter. Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprot secara halus agar bibit yang berada dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak lekas menjadi padat. Penyiraman di main-nursery dilakukan dengan selang.
b. Pemupukan
Pemupukan di main-nursery merupakan kelanjutan pemupukan pada pembibitan pre-nursery. Pemupukan dilakukan setelah bibit berumur 2 minggu di main-nursery yang bertujuan menambah unsur hara bagi pertumbuhan bibit. Jadwal, jenis dan dosis pupuk yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 7 .

Tabel 7. Jadwal, jenis dan dosis pupuk di pembibitan main-nursery
Umur Tanaman
( minggu ) Jenis dan dosis pupuk (g)
NPK Mg
15:15:6:4 NPK Mg
12:12:17:2 Kieserite
14-15 2.5 - -
16-7 5.,0 - -
18-20 7,5 - -
22-24 10,0 - -
26 - 10,0 -
28 - 10,0 5,0
30 - 10,0 -
32 - 10,0 5,0
34 - 15,0 -
36 - 15,0 7,5
38 - 15,0 -
40 - 15,0 7,5
42 - 20,0 -
Umur Tanaman
( minggu ) Jenis dan dosis pupuk (g)
NPK Mg
15:15:6:4 NPK Mg
12:12:17:2 Kieserite
44 - 20,0 10,0
46 - 20,0 -
48 - 20,0 10,0
50 - 25,0 -
52 - 25,0 10,0
Sumber :Buku pedoman Pembibitan kelapa sawit Dept.Agronomi Divisi crop quality & Agronomic practices PT. Incasi Raya Group.

Pemupukan yang dilakukan oleh PT. Incasi raya unit sawit pangian di pembibitan berdasarkan hasil rekomendasi pemupukan dari PT. Gutrie plantation.
Pupuk sebaiknya diberikan tepat pada waktunya sesuai dengan dosis dan umur bibit dengan cara ditabur melingkar di atas tanah polybag dengan jarak 4 – 5 cm dari pangkal bibit. Kemampuan tenaga kerja harian dalam kegiatan pemupukan bibit di main-nursery ini adalah 10.000 bibit/HK.
c. Penyiangan
Gulma yang tumbuh di dalam polybag harus disiang dengan cara manual, sedangkan yang tumbuh di luar polybag dan di jalan pemeliharaan dapat diatasi dengan herbisida/khemis.
Herbisida yang digunakan adalah Round Up dan Paracol dengan dosis 75 cc/15 liter air. Rotasi pekerjaan penyiangan bibit di main-nursery adalah satu kali sebulan atau tergantung pada kondisi gulma. Kemampuan tenaga kerja untuk penyiangan secara khemis adalah 8 knapsack sprayer/HK dan secara manual 5.000 bibit/HK dengan upah 1 HK Rp 9.000,-.

d. Konsolidasi
Konsolidasi bertujuan untuk memperbaiki posisi tegaknya polybag. Kegiatan yang dilakukan adalah meluruskan berdirinya polybag, penambahan tanah polybag yang terkikis oleh air saat penyiraman, memperbaiki daun yang tertimbun oleh tanah dan meluruskan bibit yang tumbuh miring sehingga tumbuh tegak lurus. Konsolidasi dilakukan saat satu bulan setelah bibit ditanam. Kemampuan tenaga kerja dalam kegiatan konsolidasi bibit adalah sekitar 2.000 bibit/HK
e. Pengendalian hama dan penyakit
Serangan hama dan penyakit di main-nursery hampir sama pre-nursery, sehingga alat dan bahan yang digunakan juga sama. Gejala serangan terlihat daun bibit terpotong-potong dan sering daun bibit menjadi habis, sedangkan gejala serangan penyakit karat daun adalah terdapatnya karatan-karatan pada daun yang berwarna kecoklatan sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis pada bibit. Untuk pengendalian hama di pembibitan main-nursery yaitu dengan menyemprotkan insektisida Decis dan Perfection dosis 20 cc/15 liter air, sedangkan pengendalian penyakit digunakan fungisida Dithane M-45 dosis 30 gram/15 liter air dan kadang-kadang ditambahkan dengan pemberian pupuk daun seperti Bayfolan dan Atonik 10 cc/15 liter air. Kemampuan tenaga kerja harian dalam melakukan kegiatan ini adalah 15 knapsack sprayer/HK.
f. Seleksi bibit
Prinsip dari seleksi bibit adalah memilih bibit yang sesuai dengan standar. Bibit yang tidak lolos seleksi atau afkir dipelihara lebih lanjut secara intensif dan bibit yang lolos seleksi dipindahkan kelapangan. Seleksi bibit harus dilakukan dengan baik dan teliti sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Seleksi ini dilaksanakan pada saat bibit berumur 8 bulan. Adapun kriteria bibit yang dipisahkan untuk dipelihara lebih lanjut adalah :
1. Bibit yang berdaun sempit dan menggulung, dimana helaian daun bibit seperti jarum, membentuk sudut yang tajam dengan tulang daun dan daun menggulung. Gejala serangan timbul ± 3 bulan setelah tanam di main-nursery.
2. Bibit bantat (permukaan tajuk rata) dimana pertumbuhan daun-daun muda mamendek.
3. Bibit jantan (steril), dimana daunnya tumbuh tegak dan halus, sudut pelepah daun dengan sumbu batang lebih tajam. Bibit ini apabila ditanam di lapangan, kurang baik karena tanaman tersebut tidak dapat berproduksi. Gejala bibit ini mulai timbul pada saat 2–3 bulan setelah tanam di main-nursery.
4. Bibit terserang hama dan penyakit, yang apabila tidak dipisahkan akan dapat menular terhadap bibit yang sehat.
5. Bibit loyo, dimana daun muda tumbuh lebih panjang dari daun tua tapi daun tersebut lemah dan terkulai akibat permukaan tajuk kelihatan rata. Gejala ini mulai timbul setelah bibit berumur ± 6 bulan di pembibitan.
6. Bibit Juvenile, dimana anak-anak daun tetap bersatu dan tidak memecah walupun tingginya normal. Gejala ini mulai timbul 3–4 bulan setelah di pembibitan.
Pekerjaan seleksi bibit ini dilakukan oleh karyawan yang telah berpengalaman dan diawasi oleh pengawas pembibitan.
7. Persiapan pemindahan bibit ke lapangan
Bibit yang telah lolos seleksi di main-nursery sudah bisa ditanam di lapangan atau telah berumur 10–12 bulan. Pada saat tersebut merupakan saat yang paling baik untuk memindahkan atau menanam bibit di lapangan. Satu minggu sebelum bibit diangkut ke lapangan terlebih dahulu dilakukan pemutusan akar yang telah menembus ke dalam tanah, sehingga memerlukan penyiraman yang intensif agar tanaman pulih kembali, setelah itu bibit siap untuk dibawa dan ditanam ke lapangan.
Bersamaan dengan kegiatan pengangkutan bibit dilakukan seleksi terakhir, jika ada bibit yang kurang baik langsung ditinggal di pembibitan. Jumlah pengangkutan bibit harus disesuaikan dengan kemampuan pengangkutan setiap harinya dan kemampuan penanaman pada hari itu juga, karena apabila terlalu lama bibit dalam tumpukan dan tidak segera diangkut untuk ditanam akan mengakibatkan penurunan kualitas bibit. Cara pengangkutan harus hati-hati yaitu diangkat dengan posisi bibit tegak lurus dengan memegang polybagnya, bukan daun atau batangnya. Kemudian bibit diletakkan pada truk atau alat pengangkut lainnya dengan hati-hati, hal ini bertujuan untuk menghindari :
 Terpisahnya susunan akar dalam polybag
 Pecahnya tanah dalam polybag
 Rusaknya polybag sebelum sampai saatnya penanaman.
Kekuatan angkut, susun dan muat polybag ke dalam truk pengangkut tiap HK berkisar antara 100–150 bibit.

4.1.6. Penanaman
a. Pembuatan lubang tanam
Pembuatan lubang tanam dilakukan setelah lahan bersih dari vegetasi diatasnya dan telah dilaksanakan pemancangan.
Adapun tahapan – tahapan dalam membuat lubang tanam yaitu:
1. Bersihkan piringan dengan radius 1 m dari semua gulma
2. Gali lubang dengan ukuran 60 x 460 x 40 cm. Pada saat penggalian top soil dan sub soil di pisahkan.
3. Jika tempat penanaman dekat dengan parit atau tunggul, pembuatan lubang tanam digeser sejauh 2 m
4. Pada teras, lubang tanam dibuat 2 m dari dinding teras.
5. Taburkan pupuk Rock phosphate 800 gr dimana 400 gr dicampur dengan topsoil dimasukkan ke dalam lubang dan 400 gr dicampur dengan top soil yang akan diisikan ke lubang tanam saat penanaman.
Prestasi kerja yang dihasilkan oleh seorang penggali lubang adalah 60 lubang /hari.
b. Penanaman
Penanaman yang baik di lapangan akan menghasilkan tanaman yang sehat dan seragam karena akan mempercepat pertumbuhan setelah tanam yang sering mengakibatkan gejala kekurangan Nitrogen serta tanaman akan lebih cepat berproduksi dengan hasil awal yang tinggi dan mengurangi pusingan kastrasi yang berulang kali.
Di PT. Incasi raya unit sawit pangian penanaman dilakukan secara langsung setelah pembuatan lubang tanam. Satu orang penanam dapat menanam 30 pohon/hari dengan baik. Alat dan bahan yang digunakan dalam penanaman adalah cangkul, pisau dan bibit kelapa sawit yang telah lolos seleksi.
Tahapan penanaman di lapangan meliputi:
1. Distribusikan bibit ke titik tanam, pada waktu pendistribusian bibit harus dijaga pada posisi tegak
2. Ukur ketinggian tanah pada polybag dan kedalaman lubang tanam dengan menggunakan mal. Lubang tanam harus lebih dalam 2-3 cm dari tinggi tanah di dalam polybag
3. Potong dasar polybag dan buka samping polybag sampai setengah polybag
4. Masukkan bibit ke dalam lubang dan periksa kedalaman tanaman.
5. Timbun separu lubang tanam dengan top soil yang dicampur pupuk lalu padatkan tanah di sekeliling bibit dengan tongkat ( diamater 5 cm )
6. Keluarkan polybag dari lubang tanam
7. Lanjutkan penimbunan sampai penuh dan sekali lagi padatkan tanah di sekeliling bibit.
8. Selanjutnya timbun bagian lubang yang tersisa dan padatkan tanaman secara perlahan dengan tangan.
9. Rapikan tanah di sekeliling pangkal tanaman, biakan sedikit lebih rendah 1-2 cm untuk menampung air hujan.
Organisasi kerja dalam penanaman ke lapangan yaitu:
1. Seorang mandor mengawasi 10 grup tanam dimana setiap grup terdiri dari 3 orang pekerja yaitu 1 orang penggali lubang dan 2 penanam.
2. Setiap grup diatur pada baris yang berdekatan
3. Pekerjaan dimulai dari pasar tengah atau belakang blok.
4.1.7. Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit
Pemeliharaan merupakan salah satu faktor penentu yang mendukung pertumbuhan kelapa sawit, serta menentukan kwalitas dan kwantitas produksi yang dihasilkan oleh tanaman tersebut. Pemeliharaan bertujuan untuk menjaga agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi.
Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM).
A. Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan ( TBM )
Pemeliharaan TBM merupakan pekerjaan yang paling banyak menghabiskan biaya dalam budidaya kelapa sawit.
Kegiatan pemeliharaan yang dilakuakan pada TBM kelapa sawit meliputi:
a. Konsolidasi tanaman
Konsolidasi bertujuan untuk memperbaiki kembali posisi tanaman yang telah berubah karena pengaruh lingkungan. Tanaman yang miring ditegak luruskan kembali dengan memadatkan tanah yang longgar disekeliling tanaman itu. Jika tidak bisa tegak lurus dengan cara ini dilakukan dengan cara menupangkan kayu pada bagian yang miring.
Pangkal pokok yang tertimbun dilakukan pengorekan tanah yang menimbun sampai leher akar tanaman rata dengan permukaan tanah kembali. Konsolidasi ini biasanya dilakukan 2 minggu sampai 2 bulan setelah tanam. Jika terlambat melaksanakan konsolidasi akan sulit melakukannya karena akar-akar tanaman yang tanahnya terkikis atau tertimbun kemungkinan pertumbuhannya sudah terhambat.
b. Penyulaman.
Penyulaman merupakan kegiatan yang penting untuk mempertahankan jumlah populasi dalam satu areal, penyulaman dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang mati, sehingga jumlah tanaman perluasan areal tetap terjaga. Penyulaman dilakukan secepat mungkin menjelang tanaman berumur 3 tahun di lapangan, sehingga pertumbuhan tanaman sulaman tidak tertinggal pertumbuhannya.
Penyulaman yang baik adalah pada musim hujan, menggunakan bibit yang seumur dengan bibit yang disulam yaitu yang telah berumur 10 – 14 bulan. Banyaknya sulaman biasanya sekitar 3 – 5 % setiap hektarnya.
Inventarisasi terlebih dahulu dilakukan sebelum penyulaman terhadap semua pokok tanaman. Untuk mengetahui posisi tanaman yang akan disulam kemudian dibedakan tanaman yang sakit, mati, atau titik tanaman yang kosong kemudian di pancang. Jumlah pancang dihitung untuk mengetahui berapa jumlah bibit yang akan diperlukan. Seminggu sebelum bibit di tanam, pokok yang sakit atau mati di bongkar dan pada bekas tempatnya dibuat lubang baru, demikian juga pada titik tanam kosong dibuat lubang baru, lalu ditengah lubang ditancapkan lagi pancangnya. Setiap lubang yang telah dibuat disulam dengan bibit baru yang sehat, dimana cara dan prosedurnya sama dengan tanaman baru. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma dilakukan untuk menekan persaingan antara tanaman pokok dengan gulma diantaranya unsur hara, air, cahaya matahari sehingga memastikan pertumbuhan dan perkembangan sawit optimal dan memberikan hasil yang tinggi. Selain itu pengendalian gulma juga bertujuan menjaga pertumbuhan LCC agar dapat tumbuh dengan optimal, serta memudahkan pekerjaan lainnya.
Kegiatan yang dilakukan untuk pengendalian gulma pada masa TBM meliputi ( PPKS, 1999 ):
7. Pengendalian gulma ( Weeding ) piringan sawit
Weeding piringan sawit sangat penting pada awal pertumbuhan karena akar-akar tanaman yang aktif menyerap unsur hara berada sekitar tajuk tanaman. Kegiatan ini harus dilakukan secara manual dengan membersihkan dari gulma-gulma yang tumbuh di bawah tajuk tanaman dengan jari-jari 1m pangkal batang tanaman. Rotasi kegiatan ini adalah setiap 2 bulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma di piringan pokok
Setelah memasuki TBM III piringan sawit dilebarkan dengan jari-jari 2m. Hal ini dilakukan karena perakaran tanaman sudah melebar. Alat yang digunakan adalah cangkul dan parang babat.
PT. Incasi raya unit sawit pangian untuk kegiatan ini memakai tenaga kerja harian lepas dengan sistem borongan dengan prestasi kerja 60 piringan/HK untuk jari-jari 1m dan 20 piringan/HK untuk jari-jari 2 m. Tenaga kerja yang dipakai dalam kegiatan ini adalah wanita.
8. Pengendalian gulma di gawangan
Pelaksanaan pengendalian gulma gawangan yang dilakukan meliputi:
 Penokolan ( Selective weeding )
Penokolan bertujuan untuk membuat gulma berkayu serta gulma yang susah dikendalikan dengan herbisida seperti sikeduduk (Melastoma malabatricum), jarangan ( Synederella nodiflora ), keladi, kerisan dan lain-lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman pokok dan LCC. Penokolan dilakukan dengan mendongkel sampai ke akar-akarnya. Alat yang digunakan yaitu cangkul.
PT. Incasi raya unit sawit pangian melakukan kegiatan ini dengan rotasi 3 bulan dan disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.
 Pengendalian alang-alang ( Imperata sylindryca )
Alang-alang sangat berbahaya bagi tanaman kelapa sawit karena memiliki zat alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan kelapa sawit sehingga harus dikendalikan. Selain itu alang-alang berkembang sangat cepat karena dapat berkembang biak dengan biji dan rizhome. Kegiatan pengendalian alang – alang di PT. Incasi raya unit sawit pangian dilakukan dengan:
1) Penyemprotan
Penyemprotan dilakukan apabila terdapat blanket dan spot alang-alang. Herbisida yang dipakai adalah yang berbahan aktif Glyphosate yang bersifat sistemik. Herbisida yang digunakan bermerek dagang Smart dengan konsentrasi 150 cc/15 lt air dan dosis 5 lt /ha. Alat yang digunakan adalah Knapsack sprayer, gelas ukur, derigen.
2) Wipping
Wipping dilakukan apabila lalang tumbuh sedikit dan terpisah-pisah. Herbisida yang digunakan adalah Smart dengan konsentrasi 10 cc/lt air. Wipping dilakukan dengan cara mengusap alang-alang dari pangkal sampai pucuk tanaman dengan menggunakan sarung tangan atau kain yang sudah dicelupkan kedalam herbisida, lalu pucuk lalang di putus atau di ikat sebagai tanda bahwa sudah di wipping.
Prestasi kerja untuk pekerjaan ini 15 ha/HK. Sedangkan alat yang digunakan ember 5 lt, sapu tangan, gelas ukur, derigen.
c. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk memperoleh pertumbuhan tanaman yang baik dan hasil yang optimal serta masa produksi secara ekonomis panjang, tanaman kelapa sawit harus dipupuk tepat waktu, jenis, cara dan dosis.
Dosis pupuk yang digunakan PT. Incasi raya unit sawit pangian pada tanaman belum menghasilkan (TBM) didasarkan pada rekomendasi dari PT. Guatrie plantation. Pemupukan dilakukan 2 – 3 kali setahun bergantung kebijakan perusahaan.
Jenis pupuk yang diberikan pada masa TBM yaitu pupuk majemuk, Urea, MOP, RP, Dolomit dan Borat. Alat yang digunakan pada kegiatan pemupukan antara lain ember dengan ukuran 7-10 Kg sebagai tempat pupuk, mangkok untuk penyebaran pupuk, gendongan dari kain untuk memudahkan membawa ember yang berisi pupuk. Pengaplikasian dilakukan dengan cara disebar disekeliling pokok. Sedangkan pupuk borat diletakkan pada ketiak pelepah daun dengan dosis 50 gr/ pkk.
d. Kastrasi
Kastrasi adalah pembuangan bunga-bunga jantan maupun bunga betina pada tanaman muda. Kastrasi ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif dan menghilangkan sumber infeksi hama dan penyakit. Dengan dilakukannya kastrasi maka panen tahun pertama dinggap seragam baik berat tandan maupun waktu panennya. Kastrasi dilakukan pada tanaman berumur 16, 18 dan 22 bulan.
Kastrasi dilakukan dengan cara membuang semua bunga jantan, bunga betina, bunga banci tanpa merusak pelepah hijau dan pelepah yang kering serta tandan buah yang sudah busuk.
Alat yang dipakai untuk kastrsi berupa dodos. Prestasi kerja untuk kastrasi 80 pokok/ HK dengan sistem borong.
e. Sanitasi
Sanitasi pada tanaman belum menghasilkan disebut juga dengan penunasan pasir yaitu memotong pelepah-pelepah kosong pada tanaman kelapa sawit. Sanitasi ini bertujuan untuk mempermudah pemeliharaan, mengefektifkan pemanfaatan unsur hara.
Prinsip kerja penunasan adalah memotong pelepah daun yang terbawah menggunakan dodos kecil dengan meninggalkan bagian pangkal pelepah sepanjang 2 – 3 cm atau selebar tandan buah sawit, mengumpulkan pelepah hasil penunasan dan menyusunnya pada gawangan mati terutama pada areal datar. Sanitasi dilakukan pada saat tanaman berumur 2 tahun dengan rotasi dua kali dalam setahun. Alat dan bahan yang digunakan adalah dodos dan parang, dengan tenaga kerja borongan 2 ha/HK.
f. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit merupakan usaha menciptakan suatu kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman dan tinggi produksinya dengan cara mengurangi atau mencegah kerusakan yang terjadi pada tanaman tersebut
Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingkat produktifitas kelapa sawit menjadi berkurang. Pada PT. Incasi raya unit sawit pangian ada beberapa jenis hama yang menyerang tanaman yaitu :
 Hama belalang
Pengendalian hama belalang dilakukan dengan cara menaburkan karbufuron (Petrofur atau Furadan) sebanyak 2 – 5 gr/pokok, penaburan dilakukan di pucuk tanaman.
 Tikus ( Rattus sp )
Pengendalian yang dilakukan untuk jenis hama tikus secara biolgis dengan memelihara burung hantu (Tyto alba) sebagai predator tikus,namun apabila hama tikus telah melebihi ambang ekonomis pengendalian dapat dilakukan secara kimia dengan memberikan Rodentisida Tikumin 0,0375 Block ( bahan aktif Kumatetralil 0,0375 % ). Pengaplikasian dilakukan dengan meletakkan 1 blok tikumin dekat pangkal batang untuk setiap pokok. Rotasi setiap 3 bulan atau menurut tingkat serangan tikus.
 Ulat api
Pengendalian ulat api dilakukan dengan 2 cara, yang pertama dilakukan secara mekanis yaitu dengan melakukan pemungutan hama satu per satu dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang kemudian dimusnakan dilapangan. Pengendalian dilakukan bila serangan belum terlalu besar (masih di bawah ambang ekonomis). Sedangkan pengendalian yang ke dua adalah secara kimia yaitu dengan menggunakan insektisida seperti Atabron dan lain – lain.
 Kumbang tanduk ( Oryctes rhinoceros )
Oryctes rhinoceros merupakan hama yang paling banyak menyerang tanaman muda pada tahun 2000. Hal ini disebabkan banyaknya pengaplikasian tndan kosong yang tidak memenuhi syarat. Pada lahan yang di aplikasikan tandan kosong akan menjadi sarang larva kumbang tanduk.
Pengendalian Oryctes rhinoceros dilakukan dengan menaburkan Marshall 3 G dekat pupus tanaman. Dosis yang diberikan 5 gr/pohon dengan rotasi 3 bulan.
Penyakit yang menyerang TBM di PT. Incasi raya unit sawit pangian jarang sekali dijumpai, tetapi pada umumnya penyakit pada tanaman kelapa sawit disebabkan oleh organisme pengganggu seperti ; jamur, bakteri, virus dan nematoda. Tindakan pengendalian pada tanaman yang terserang penyakit sangat sulit. Biasanya tindakan pengendalian dilakukan dengan cara pemotongan sebagian dari tanaman yang sakit, membongkar dan membakarnya.
g. Pembuatan tempat pemungutan hasil (TPH)
TPH (Tempat pemungutan hasil) merupakan tempat untuk mengumpulkan TBS yang sudah dipanen sebelum dilakukan pengangkutan ke pabrik pengolahan. Pembuatan TPH di PT. Incasi raya unit sawit pangian berukuran 2 x 3 m. Pembuatan TPH ini dengan sistem 2:1 yang artinya dari 2 pasar pikul terdapat 1 TPH.
h. Pembuatan pasar pikul
Pasar pikul merupakan jalan untuk mengantarkan buah yang sudah dipanen ke TPH serta untuk memudahkan kegiatan pemeliharaaan lainnya, jadi pasar pikul ini harus dalam kondisi siap pakai dan baik kondisinya. Pembuatan pasar pikul dengan sistem 2:1 artinya dari 2 gawangan terdapat 1 pasar pikul dengan uraian 1 sebagai pasar pikul dan satu lagi sebagai gawangan mati dengan lebar pasar pikul 1 - 1,5 m. kegiatannya adalah dengan membersihkan vegetasi yang berada diatasnya secara kimia.
Herbisida yang dipakai adalah Smart 486 AS 1,5 cc / m2 ditambah Ally 20 WDG 3 gr dengan konsentrasi 100cc/15 lt air. Sebelum dimasukkan kedalam knapsack sprayer terlebih dahulu Ally 20 WDG di larutkan ke dalam air. Nozel yang dipakai adalah nozel biru. Prestasi kerja dalam pembuatan pasar pikul di PT. Incasi raya unit sawit pangian 8 Knapsack/HK.
i. Perawatan jalan dan parit.
Perawatan jalan yang dilakukan di Kebun Paya Pinang meliputi:
- Garuk kaki lima pasar yaitu menggaruk rumput – rumput yang tumbuh di pinggir badan jalan lalu membuangnya ke gawangan mati.
- Penimbunan badan jalan dengan pasir, hal ini dilakukan untuk mengurangi becek pada saat hujan.
- Menimbun badan jalan yang berlubang dengan batu dan tanah.
- Pengikisan dan perataan badan jalan menggunakan greder.
Perawatan parit yang dilakukan adalah cuci parit yaitu membersihkan parit dari rerumputan yang tumbuh, kotoran yang menghambat aliran air serta menjaga ke dalaman parit yang ada.
B. Pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM)
Pada prinsipnya pemeliharaan tanaman di TM hampir sama dengan di TBM, karena merupakan kegiatan lanjutan dari pemeliharaan TBM. Tanaman kelapa sawit telah beralih ke TM apabila 60% dari populasi telah menghasilkan atau berproduksi secara maksimal dengan berat janjangan rata – rata 3 kg/janjang. Umumnya tanaman memasuki masa TM berumur 4 tahun,namun pada PT.Incasi raya kebun pangian telah memasuki TM21 . Untuk lebih jelasnya kegiatan pemelihaaran pada TM yang dilakukan di PT. Incasi raya unit sawit pangian dapat diuraikan di bawah ini:
a. Penyiangan
• Pemeliharaan piringan pokok dan pasar pikul
Pemeliharaan pasar pikul dilaksanakan dengan sistem chemis.Di pelihara 4 rotasi dalam satu tahun, 3 rotasi dengan chemis 1 kali 3 bulan dan 1 rotasi dengan manual.
• Gawangan
Mendongkel seluruh anak kayu dan keladi – keladi yang tumbuh digawangan, membabat gulma yang digawangan dan membabat tidak boleh bersamaan waktu dengan dongkel anak kayu.
• Tempat pengumpulan hasil (TPH)
Gulma tang tumbuh di TPH dibabat mepet dn kegiatan ini tidak menggunakan bahan kimia melainkan dengan menggunakan cangkul dan babat. Dalam pemeliharaan TPH ini ukuran areal yang dibersihkan adalah 2×3 m, kegiatan ini dilakukan 3 bulan sekali.
• Dongkel Anak Kayu
Kegiatan dongkel anak kayu dilakukan untuk mencegah persaingan penyerapan unsur hara antara tanaman inti dengan gulma pengganggu. Dalam kegiatan mendongkel diharuskan akar benar-benar terangkat agar mati. Norma 1,5 Hk/Ha rotasi 1 kali sebulan.
b. Garuk piringan
Bertujuan untuk membersihkan sekitar daerah perakaran tanaman dari gulma serta memudahkan panen dan pengutipan brondol. Teknis pelaksanaannya adalah dengan membersihkan piringan dari sampah dan gulma, lebar piringan adalah 1,5-3 M. penggarukan dilakukan dengan menggunakan cangkul dan dimulai dari arah tanaman menuju ke luar. Ritasinya 3 x setahun dengan menggunakan tenaga kerja harian.
c. Penunasan (Prunning)
Pruning merupakan kegiatan pemotongan pelepah untuk menjaga standar pelepah setiap pohon. Pruning mempengaruhi produksi dan mutu buah nantinya. Pada PT.incasi raya kebun pangian standar pruning adalah system songgo I dimana di pelihara satu pelepah dibawah tandan buah terbawah. Sedangkan standar jumlah daun yang di pelihara adalah 48-56 pelepah/pokok.
Pemotongan pelepah dilakukan rapat ke pangkal pelepah dan bidang pemotongan berbentuk tapak kuda miring keluar membentuk sudut 15° s/d 30° terhadap bidang datar. Pelepah yang sudah ditunas dipotong 2 bagian, lalu dikumpulkan dan dirumpuk memanjang searah dengan barisan tanaman ditengan gawangan mati pada areal datar. Tumbuhan berkayu yang tumbuh dipohon dicabut dan dirumpun bersamaan dengan rumpukan pelepah. Prestasi kerja pada kegiatan penunasan 2 Hk/ha.
d. Leaf Sampling Unit (LSU) / Kesatuan Contoh daun (KCD)
 Sistem pengambilan pokok sampel dengan sistem plot
 sistem ini dapat diterapkan pada semua topografi, baik datar, bergelombang maupun berbukit.
 Ketentuan sistem plot
luas satu srction untuk LSU berkisar 50-110 Ha, dengan rincian sebagai berikut :
o Section dengan luas ≤ 50 Ha : 4 plot
o Section dengan luas 51-80 Ha : 6 plot
o Section dengan luas ≥80 Ha : 8 plot
Jumlah pokok sampel per plot (PSP)secara matematis dapat ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
PSP : Pokok sampel per plot (Pokok)
A : Luas areal ( Ha )
SPH : Standar per Ha (Pokok)
Penentuan pokok sampel dilakukan pada baris tanaman mulai pokok ke-3 dari jalan, bila pokok sampel pada baris tersebut belum mencukupi, maka dapat diambil satu baris lagi , yakni baris ke-3 dari kiri atau kanan baris tanam.
 Syarat-syarat pokok sampel :
o Umur ≥ 18 Bulan
o Tidak berdekatan dengan jalan,sungai,parit serta pada areal kosong.
o Pokok harus normal dan bukan sisipan serta tidak terserang hama penyakit
 Penentuan daun yang dianalisis
Daun yang dianalisis adalah daun pada pelepah ke-17dengan acuan sebagai berikut:
o Pelepah pertama adalah pelepah yang helai daunya telah terbuka 80% atau jarak helaian daun yang satu dengan yang lainnya telah terlihat jelas atau nampak dari pangkal batang.
o Daun ke-3 letaknya 270o dari daun pertamaderajat sudut ini dihitung dari daun pertama kearah kiri pada tanaman yang mempunyai spiral ke kanan.
o Daun ke-9 letaknya di bawah daun pertama, agak kesebelah dari pusingan ke kanan atau kesebelahnya.
o Daun ke-17 letaknya dibawah daun ke-9 agak kesebelah pusingan ke kanan atau kesebelahnya.
 Pengambilan sampel daun
o Dimulai pada jam 07.00-12.00 WIB
o Tidak boleh diambil pada musim hujan
o Cara pengambilan :
- Pokok yang rendah tidak boleh dipotong pelepahnya, kecuali pokok yang tinggi
- Helaian daun yang diambil pada titik ujung permukaan datar dari permukaan atas pelepah
- Jumlah helaian yang diambil disesuaikan dengan banyaknya pokok/plot
- bagian helaian daun yang diambil sepertiga daun dan diambil bagian tengahnya (20-22 Cm).
- Daun dicuci dengan aquades
 Pengeringan sampel
Sampel yang telah dibersihkan dikeringkan dalam aven pada temperatur 100oC selama 12-13 jam.

 Pengiriman sampel daun
Setiap sampel yang akan dikirim ke laboratorium dilengkapi dengan label yang berisi data setiap daun.
e. Pemupukan
Pemupkan pada TM kelapa sawit diperlukan untuk menyediakan unsur hara yang cukup untuk membantu pertumbuhan generatif dan pemasakan buah. Pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK Mahkota dengan kandungan 13 % N, 6 % P, 27 % K, 4 %, dan 0,65 % Br. Pemberian npupuk diulakukan secara sebar membentuk leter L di pinggir piringan. Dosis pupuk yang digunakan berdasarkan rekomendasi dari PT. Guthrie Plantation berdasarkan data hasil analisa KCD yang dikirimkan oleh konsultan.
Organisasi dan pelaksanaan pemupukan :
 Tenaga penabur sudah terlatih dan tersedia sesuai kebutuhan.
 Pupuk diecer ke blok oleh Troktor.
 Penaburan pupuk sesuai jalurnya masing-masing.
 Pupuk ditabur sehingga membentuk Leter “L”
 Tenaga penabur dapat menggunakan, disesuaikan dengan tenaga yang tersedia.
 Jarak tabur pupuk tergantung kepada perkembangan pohon, tepatnya jalur penaburan harus di bawah proyeksi ujung tajuk.
 Pada tanah miring, pupuk ditaburkan di sebelah lahan piringan yang lebih tinggi.
 Rencana pemupukan untuk setiap aplikasi dibuat oleh asisten tanaman/afdeling blok per blok.
 Dibuat peta rencana pemupukan .
 Menyampaikan permintaan pengangkutan minimum 24 jam sebelum pelaksanaan pemupukan.
 Dalam permintaan pengangkutan harus dicantumkan jumlah pupuk yang diangkut per hari.
 Pengangkutan diatur agar pada jam 6.30 pupuk sudah tiba diblok yang akan dipupuk.
 Pelaksanaan pemupukan diharapkan mengacu kepada tepat waktu, tepat dosis, tepat jenis dan tepat cara.
 Jarak tabur pupuk tergantung pada perkembangan pohon (lebarnya tajuk). Dengan kata lain jalur penaburan harus di bawah proyeksi ujung tajuk, kecuali pupuk Borate diberikan pada ketiak daun. Untuk tanaman kelapa sawit yang berumur lebih dari 2 tahun jarak taburnya lebih besar dari 1 meter. Untuk kegiatan pemupukan membutuhkan HK sebesar 200 kg/hk.
f. Pengendalian hama dan penyakit
 Hama ulat api
Pengendalian ulat api dilakukan dengan 2 cara, yang pertama dilakukan secara mekanis yaitu dengan melakukan pemungutan hama satu per satu dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang kemudian dimusnakan dilapangan. Pengendalian ini dilakukan apabila serangan belum terlalu besar (masih di bawah ambang ekonomis). Sedangkan pengendalian yang ke dua adalah secara kimia yaitu dengan menggunakan insektisida deltamethrin 100-150 cc/ha yang disemprotkan dengan menggunakan mist blower dan tractor spryer (jacto).
 Tikus (Rattus sp)
Pengendalian yang dilakukan untuk jenis hama tikus secara biolgis dengan memelihara burung hantu (Tyto alba) sebagai predator tikus,namun apabila hama tikus telah melebihi ambang ekonomis pengendalian dapat dilakukan secara kimia dengan memberikan Rodentisida Tikumin 0,0375 Block ( bahan aktif Kumatetralil 0,0375 % ). Pengaplikasian dilakukan dengan meletakkan 1 blok tikumin dekat pangkal batang untuk setiap pokok. Rotasi setiap 3 bulan atau menurut tingkat serangan tikus.
 Hama rayap
Serangan rayap pada tanaman kelapa sawit dapat terlihat dari terbentuknya gundukan tanah disekitar tanaman. Rayap menyerang akar, pangkal akar, daunj dan membuat lobang pada pangkal batang yang bias menyebabkan pembusukan.
Tindakan pengendalian yang dilakukan oleh pihak perusahaan adalah dengan membongkar sarang dengan mengguanakan cangkul dan mengambil ratu rayap dan menyemprot sarang rayap dengan insektisida termiban dengan konsentrasi 0,3-0,5 %.
4.1.8. Panen.
Panen merupakan kegiatan puncak dari kegiatan budidaya kelapa sawit yang dilakukan, karena pada dasarnya tujuan pembudidayaan kelapa sawit adalah untuk diambil buahnya yang lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Secara teoritis, kuantitas dan kualitas TBS yang dihasilkan merupakan cerminan dari efektivitas kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan.
Kriteria panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria umum untuk tandan buah yang dapat dipanen yaitu berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh. Untuk memudahkan pengamatan buah, maka di pakai kriteria berikut :
 Tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir.
 Tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 – 15 butir.
Sedangkan kriteria FFB (Fresh Fruit Bunch) yang ditetapkan oleh PT. Incasi raya unit sawit pangian adalah sebagai berikut :
1. Immature : buah masih hitam
2. buah mentah (unripe) : tidak memiliki brondol
3. buah mengkal (under ripe) : 10 brondol
5. terlalu masak (over ripe) : 25 % buah tinggal di janjang
6. busuk (rotten) : 25 – 50 % buah yang mengisi di
janjangan busuk
7. Abnormal : buah tidak wajar/janjangan pecah
8. Memar (bruised) : buah pada permukaan janjangan
memar
9. Janjangan kosong (empty bunch) : buah pada janjangan kosong 5 %
10. Tangkai panjang (long stalk) : panjang tangkai >2 cm
Pada PT. Incasi raya unit sawit pangian sebelum pemanen melakukan proses pemanenan maka harus diketahui terlebih dahulu disiplin panen yaitu :
 Buah yang dipanen sesuai dengan kriteria matang panen 10 brondolan berada di piringan.
 Tidak ada buah tertinggal diatas.
 Tidak memotong buah mentah.
 Hindarkan buah memar.
 Semua brondolan kutip bersih dan harus dibawa ke TPH
 Tangkai buah dipotong seperti cangkem kodok (later V)
 Potongan pelepah saat panen sesuai umur tanaman
 Pelepah dipotong mepet tidak long frond butt
 Didaerah miring / teras pelepah diletakkan sejajar bibir teras sehingga dapat mencegah erosi
 Buah dari lapangan harus habis terangkut ke pabrik..
Kegiatan yang dilaksanakan mandor sebelum pemanenan adalah sebagai berikut :
a. Penghitungan kerapatan buah
Kerapatan buah dihitung untuk menentukan/memprediksikan berapa hasil yang didapat dalam luasan tertentu dan juga dapat menentukan berapa banyak pekerja yang dibutuhkan dalam proses pemanenan dan untuk menentukan kebutuhan transportasi
 Untuk penghitungan maka dibutuhkan sampel tanaman yang dapat mewakili yaitu 30 % daerah lowland (lembah), 30% daerah teras dan 40 % daerah datar.
 Dari sampel yang dapat mewakili tersebut maka dihitung buah masak dari 100 tanaman sawit tersebut
 Contoh :
Janjangan Masak = 16 Janjang (0,16%)
Jumlah Pohon Sampel = 100 pohon
BJR = 22 kg/janjang
Budget = 2 ton/pekerja (hrv)
Basic = 75 janjang/ pekerja (hrv)
 100 sampel terdapat 16 buah/janjang yang masak = 0,16%
= 0,16 X 117 SPH = 18,72 Janjang/Ha X 72,8 Ha
= 1362,816 X 22 BJR
= 29981,952
2.000 Kg Standar pemanen
= 15 Harvester (pembuah/pemanen)
= 72,8 Ha = 4,8 Ha/Harv (pembuah/pemanen)
15 Harv
o Proses panen kelapa sawit pada PT.Incasi raya pangian adalah :
 Pemanen mulai masuk ke gawangan memeriksa buah masak pada pohon
 Buah masak kemudian dipanen dengan terlebih dahulu memotong pelepah dibawahnya dan biarkan 1 pelepah dibawah janjang yg dapat dipanen berikutnya.
 Jika ada pelepah yang perlu dipotong saat panen maka harus dikerjakan saat itu juga
 Pelepah kemudian diletakkan pada susunan pelepah.
 Tangkai buah yang panjang dipotong hingga berbentuk V
 Brondolan dikumpulkan menjadi tumpukan.
 Pemanen keluar ke pinggir jalan mengambil kereta sorong dan megutip semua buah dan brondolan. Pemanen memiliki goni pupuk dan peralatan yang dapat membantu pengutipan brondolan.
 Jika separuh ancak telah diselesaikan dan buah telah disusun dan diberi kode, kemudian mandor harus siap menuliskan tiket.
Mandor harus mengecek sedikit dari semua ancak ketika berkelililng mengontrol sehingga ancak yang diperiksa tidak terlalu lama kecuali pemanennya malas atau tidak disiplin.
4.1.9. Pengolahan hasil
Pengolahan hasil merupakan suatu rangkaian proses penanganan bahan baku (TBS) untuk menghasilkan CPO yang berasal dari daging buah dan PKO yang berasal dari inti dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
A. Pengolahan crude palm oil (CPO)
1. Proses Penerimaan Buah
Proses penerimaan buah dipabrik terlebih dahulu ditimbang di Jembatan Timbang, lalu dilakukan sortasi sekaligus pembongkaran di L. Ramp. Untuk proses setiap stasiun yaitu :
2. Proses Penimbangan
Penimbangan dilakukan untuk mengetahui berat brutto dan berat netto TBS dari setiap kebun yang akan diolah di PKS. PKS PT. Incasi raya unit sawit pangian menggunakan 1 Unit timbangan Digital. Semua pencatatan untuk penerimaan TBS dicatat dalam kertas PB25, sedangkan untuk jumlah CPO dan Inti yang akan diirim dicatat dalam kertas PB33. Untuk pencatatan berat selain CPO & Inti dicatat dalam Log Book (Buku catatan terndiri)
3. Proses Pemeriksaan TBS (Sortasi)
Sortasi buah dilakukan terhadap semua kebun baik kebun Seinduk, PIR ataupun pihak ke 3 yang merupakan kebun sendiri dan kebun sinduk yaitu:
 Kebun PT. Incasi raya pangian wilayah Barat
 Kebun PT. Incasi raya pangian wilayah Timur
 PT. BPSJ SS II
 PT. SJAL Kebun Malako
 PT. SJAL kebun Talao
 PT. Transco Pratama Inti
 Plasma/KUD
 Kebun masyarakat/Pribadi
Jenis buah pada umumnya adalah jenis Tenera. Kualitas TBS yang diterima PKS Sei Silau ditentukan berdasarkan fraksi-fraksi yang digolongkan sebagai berikut :
1. Fraksi 00
2. Fraksi 0
3. Fraksi 1
4. Fraksi 2
5. Fraksi 3
6. Fraksi 4
7. Fraksi 5
8. Brondolan
9. Panjang Tangkai, tidak boleh lebih 2,5 cm
10. Sampah

Tabel 8. Kriteria kematangan TBS
Fraksi Kematangan Buah Luar membrondol Komposisi panen ideal
Fraksi 00 Sangat Mentah Tidak ada Tidak boleh ada
Fraksi 0 Mentah 0 - 12% Tidak boleh ada
Fraksi 1 Kurang matang 12,50% – 25% Maks. 20%
Fraksi 2,3 Matang 25% - 75% Min. 68%
Fraksi 4,5 Lewat matang 75% - 100% Maks. 12%
Brondolan - - >8%
Selain itu ada beberapa kriteria mutu di dalam sortasi yang dikenakan penalty apabila terdapat :
• Kotoran, berupa sampah, tanah, pasir dll
• TBS tangkai panjang, yaitu panjang tangkai lebih dari 2,5 cm
• Buah busuk
• Buah sakit
Proses sortasi TBS dilakukan dengan cara mengambil sample 5% sampai 10% dari produksi, atau minimal 1 Truck dari tiap afdelling dan untuk pihak ke 3 (plasma, pembelian dan titip olah) disortasi seluruhnya, apabila dalam satu afdelling terdapat tahun tanam yang berbeda maka dilakukan sortasi terhadap setiap tahun tanam. Kriteria matang panen sangat menentukan didalam pencapaian rendemen minyak dan rendemen inti sawit.
a. Stasiun di Loading Ramp
Setelah melalui proses sortasi, TBS dikumpulkan di loading ramp, kemudian dimasukkan kedalam lori untuk dilakukan proses selanjutnya. Proses di loading ramp sangat bergantung pada jumlah dan kapasitas lori. Jumlah loading ramp yang ada di PKS PT. Incasi raya unit sawit pangian 2 unit dengan jumlah pintu sebanyak 17 Per unit dan kapasitas masing-masing pintu adalah 12,5 ton. Sistem pemasukkan buah kedalam lori dengan menggunakan shaking grate melalui pintu loading ramp, yang masing-masing pintu digerakkan dengan menggunakan electromotor. Kapasitas lori yang digunakan adalah 2.5 ton per lori.

Gambar 10. Unit Loding ramp
b. Stasiun Perebusan/Sterilizer
Dari loading ramp TBS dimasukkan kedalam lori dan kemudian dimasukkan kedalam rebusan dengan cara ditarik dan didorong oleh traktor ban. Tujuan TBS direbus kedalam rebusan (sterilizer) adalah :
• Menonaktifkan enzim-enzim lipase
• Mengurangi peningkatan asam lemak bebas (ALB)
• Mempermudah proses pembrondolan pada threser
• Meminimumkan biji pecah (maksimalisasi kekoplakan)
• Melunakan daging buah
• Sebagai supply ketersedian buah terebus (CFB)
Jumlah rebusan yang ada di PKS PT. Incasi raya unit sawit pangian ada 4 unit, dengan kapasitas masing-masing 25 ton TBS (10 lori @ 2,5 ton)
Untuk siklus perebusan yang baik dilaksanakan dengan kondisi operasi sebagai berikut :
• Tekanan uap 2,8 s/d 3,0 kg/cm2
• Waktu perebusan 80- 90 menit, sedangkan untuk siklus perebusan adalah 110 -120 menit
• Perebusan dilakukan dengan system 3 puncak yaitu :
Puncak 1 = 1 kg/cm2
Puncak 2 = 2 kg/cm2
Puncak 3 = 2,8 – 3 kg/cm2
• kondisi buah (buah segar 45 menit, buah menginap 35 menit) Pada puncak 3 perebusan dilaksanakan selama 35-45 menit dan tergantung pada
Tujuan dari perebusan 3 puncak adalah :
Untuk puncak 1 adalah untuk pembuangan udara dan penguapan air dari tandan buah.
Dan puncak ke 2 adalah untuk pematangan dan pelunakan buah.
Untuk mencapai kematangan perebusan brondolan bagian dalam diperlukan panas yang cukup. Pembuangan air kondensat dan udara pada puncak 1 dan 2 harus benar-benar sampai habis, karena air dan udara merupakan penghantar panas yang buruk. Perebusan yang kurang matang dapat menimbulkan :
• Brondolan sukar lepas dari tandan, atau sering disebut sebagai Unstripped Bunch (USB) dan Unstripped Fruit (USF) .
• Kehilangan brondolan dan minyak di janjangan kosong akan naik
• Buah yang kurang matang memerlukan perebusan ulang
• Pengepressan lebih sulit

Gambar 11. Perebusan
4. Proses penebahan
Setelah direbus, TBS dimasukkan kedalam alat penebah (Thresser) dengan menggunakan Hoisting Crane. Adapun tahapan proses secara detail adalah sebagai berikut :
a. Hoisting Crane
Fungsinya adalah untuk mengangkat lori yang berisi buah yang sudah di rebus dan menuangkannya kedalam bunch feeder. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
 Kontinuitas pengumpanan
 Ketebalan lapisan buah pada bunch feeder, ketebalan yang diijinkan adalah 30-50cm.
Jumlah hoisting crane yang dipakai adalah 3 unit (1 unit Single Wire Rope dan 2 unit Double Wire Rope) dan kapasitas masing-masing adalah 5 ton
b. Auto Feeder
Fungsinya adalah sebagai pengumpan buah kedalam thresher. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
• Kecepatan pengumpanan adalah 1 putaran dalam 1 menit
• Ketebalam lapisan buah pada auto feeder.
Penumpukan buah pada bunch feeder akan mengakibatkan losses pada tandan kosong meningkat serta kesulitan pengontrolan pengumpanan buah kedalam threhser.
c. Thresher
Fungsinya adalah untuk memisahkan brondolan dari janjangannya dengan cara mengangkat dan membanting serta mendorong janjangan kosong pada empty bunch conveyor. Proses pelepasan/perontokkan buah akibat adanya bantingan pada striper drum yang berputar ± 23 rpm.
Beberapa yang perlu diperhatikan adalah :
• Pengarah (dengan kemiringan yangbaik adalah 15 – 25oC)
• Sewaktu berputar tandan buah dalam alat penebah harus mencapai ketinggian maksimal sebelum jatuh.
• Pengaturan buah yang masuk kedalam alat penebah disesuaikan dengan kapasitas alat, sehingga tidak terjadi kelebihan kapasitas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengumpanan adalah :
• Kecepatan auto feeder, jangan terlalu cepat kerena akan menimbulkan penumpukan pada striper drum sehingga proses pembantingan tidak sempurna.
• Ketinggian auto feeder, jangan terlalu menumpuk sehingga akan mengakibatkan proses pembantingan buah tidak akan sempurna.
• Pengoperasian hoisting crane.
Hal-hal yang menyebabkan hasil penebahan kurang sempurna :
• Buah yang mentah
• Buah yang kurang masak dalam rebusan
Efektifitas thresher dapat dilihat dari presentase Unstripped Fruit (USF) yang merupakan salah satu sumber lossis di PKS. Adapun thresher yang digunakan di PKS PT. Incasi raya unit sawit pangian ada 3 unit.
Empty Bunch Conveyor & Empty Bunch Hopper
Fungsi Empty Bunch Conveyor adalah untuk mentransfer janjangan kosong dari thresher ke Empty Bunch Hopper sebelum dibawa kelapangan.
5. Proses Pengadukan & Pengepressan
a. Pengadukan (Digester)
Brondolan buah yang telah rontok pada proses thresher, selanjutnya dimasukkan kedalam alat pengaduk (Digester). Didalam alat pengaduk brondolan dilumat dengan pisau pengaduk yang berputar sambil dipanaskan. Proses pengadukan berlangsung akibat adanya gesekan antara pisau dengan brondolan dan adanya tekanan gaya berat dari brondolan yang terisi penuh dalam alat pengaduk.
Tujuan pengadukan adalah mendapatkan massa yang homogen, agar mudah diproses dalam pengepressan.
Pengadukan yang baik dilaksanakan dengan kondisi :
• Ketel adukan terisi ¾ dari kapasitas penuh digester
• Suhu 90-95oC
• Waktu pengadukan 30 menit.
Jika kondisi ini tidak tercapai maka buah tersebut akan sulit untuk dipress dan akibatnya kehilangan minyak dalam ampas press akan tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja digester adalah :
• Kondisi pisau pengaduk digester
• Level volume buah dalam digester
• Kebersihan bottom plate
• Kebocoran-kebocoran
• Kematangan buah yang sudah direbus
• Kondisi plat siku penahan pada dinding digester.
Jumlah digester yang digunakan di PKS PT. Incasi raya unit sawit pangian ada 8 unit.
b. Pengepressan (Screw Press)
Fungsi Pengepressan adalah untuk mengeluarkan minyak dari mesokrapnya dengan cara diperas.
Tekanan cone yang digunakan pada press sebaiknya adalah 30-40 ampere. Tekanan yang kurang akan mengakibatkan lossis minyak pada fiber akan tinggi, tetapi presentase biji pecah akan rendah. Tekanan cone yang terlalu tinggi mengakibatkan presentase biji pecah tinggi tetapi proses pemerasan minyak maksimal (lossis minyak di fiber rendah).
Faktor-faktor yang mempengaruhi press :
• Kondisi worm screw press
• Tekanan
• Efek dari sterilizer (buah rebus yang masih mentah)
• Sampah
• Air Delusi suhu 90-95oC
• Kebersihan pada press
Hal penting yang menjadi perhatian untuk efektivitas pengutipan minyak di stasiun klarifikasi adalah penambahan air delusi dan harus dijaga untuk mendapatkan komposisi yang seharusnya yakni 40:40:20 untuk minyak, air dan NOS pada crude oil tank (COT). Jumlah screw press yang digunakan pada PKS Sei Silau adalah 8 buah dengan 2 line yaitu line 1 berjumlah 4 buah dan line 2 berjumlah 4 buah dan dengan masing-masing kapasitas 10 -15 ton/jam.
6. Stasiun Pemurnian Minyak (Klarifikasi)
Minyak kasar yang keluar dari pressan masih mengandung kotoran, pasir, dan benda kasar lainnya. Maka dari itu dilaksanakan proses pemurnian untuk mengurangi dan apabila memungkinkan dapat menghilangkan kotoran yang tidak diharapkan sesuai dengan norma yang ditetapkan, tahapan-tahapannya adalah :
a Sand Trap Tank
Fungsinya adalah menangkap pasir, minyak akan mengalir melalui baffle-baffle yang berfungsi untuk menangkap pasir. Dalam melakukan blow down harus dengan suhu 95oC, sehingga yang terbuang adalah benar-benar NOS (Non Oil Solid). Jumlah sand Trap pada PKS PT. Incasi raya unit sawit pangian adalah berjumlah 2 buah dengan masing-masing kapasitas 12 m3/jam.
Faktor yang mempengaruhi efektifitas Sand Trap :
• Temperature 90-95oC
• Kondisi Umpan.
• Kondisi baffle.
b. Vibro Separator
Fungsinya adalah untuk menyaring crude oil dari serabut-serabut yang dapat mengganggu proses pemurnian minyak. Vibro seerator mempunyai 3 jenis yaitu single deck, double deck, triple deck. Yang digunakan di Sei Silau adalah jenis Double Deck dengan ukuran mesh 20/40 yang berjumlah 3 unit, getaran vibro separator dikontrol melalui penyetelan bandul yang diikat pada electromotor.
c. Crude Oil Tank (COT)
Fungsi dari crude oil tank adalah :
• Menurunkan NOS
• Menambah panas
• Transit tank
Crude oil tank dilengkapi dengan steam coil untuk memanaskan campuran minyak, yaitu dengan suhu 95oC. Faktor yang mempengaruhi kerja dari COT adalah temperature dan kondisi baffle. Jumlah COT yang ada di PKS PT. Incasi raya unit sawit pangian adalah 2 unit.
a. Vertical Clarifier Tank (VCT)
Fungsi dari VCT adalah memisahkan minyak, air dan NOS secara gravitasi. Pemisahan antara minyak dan air adalah dengan perbedaan berat jenis. Dan suhu yang baik untuk terjadinya pemisahan antara air dan minyak adalah 90 – 95oC, dimana minyak akan selalu berada diatas karena berat jenis minyak kecil dari 1, sedangkan berat jenis air adalah 1.
Untuk efektifitas kerja dari VCT adalah dengan ketebalan minyak ± 60cm dan baru dilakukan pengutipan melalui skimmer.
Faktor yang mempengaruhi kinerja VCT adalah :
• Temperatur yaitu 90-95oC
• Air delusi
• Stirer
• Kualitas feeding
• Blowdown, dilakukan secara rutin
Di PKS PT. incasi raya group menggunakan 2 unit VCT, 1 unit digunakan untuk proses pemurnian minyak dan 1 unit untuk proses pengutipan minyak dari rudock/fatpit.
Untuk pemurnian minyak :
a. Oil Tank.
Fungsi dari oil tank sebagai tempat transit minyak sebelum diolah di oil purifier. Pada oil tank suhu harus dijaga pada suhu 95oC untuk mengurangi kadar air sehingga kerja oil purifier tidak terlalu berat. untuk membuang kotoran yang terdapat pada bagian bawah OT harus dilakukan blowdown setiap 3 jam. Faktor yang mempengaruhi kinerja oil tank :
- Temperatur, harus berkisar 90-95oC
- Kebersihan tanki
- Kondisi steam coil
- Blowdown
PKS PT. Incasi raya unit sawit pangian menggunakan oil tank sebanyak 4 unit dan beroperasi semuanya.
b. Oil Purifier
Fungsi oil purifier adalah untuk mengurangi NOS dan kadar air dengan cara centrifugal. Efektifitas pemisahan dalam oil purifier dikendalikan oleh seal water dan gravity disc (alva laval) dan regulating ring (westfalia). Pembukaan seal water dilakukan pada awal proses dan pada saat beroperasi kran seal water harus ditutup, kerena jika kran terbuka akan mengakibatkan kadar air dalam minyak meningkat. Gravity disc disesuaikan dengan mutu minyak yang akan dihasilkan. Pemilihan gravity disc terlalu besar mengakibatkan minyak banyak terikut ke drain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja oil purifier adalah :
• Kontrol valve feeding
• Kondisi gear pump
• Strainer
• Kebersihan disc
• RPM
Oil purifier yang digunakan di PKS PT. Incasi raya unit sawit pangian sebanyak 5 unit, beroperasi 4 unit dan 1 stand by.
c. Vacuum Dryer
Fungsi dari vacuum dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak hasil produksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja vacuum dryer adalah :
• Tekanan steam
• Kebocoran-kebocoran
• Kuantitas dan kualitas feeding
• Kondisi nozzle
• Kekurangan air pendingin
• Tekanan vacuum yang kering, 760 mmHg
Jumlah vacuum dryer yang beroperasi di PKS PT. Incasi raya unit sawit pangian adalah 2 unit dan semua beroperasi.
Untuk Pengolahan Sludge
a. Vibro Separator
Fungsinya adalah untuk menyaring sludge yang berasal dari VCT untuk memisahkan serabut-serabut yang dapat mengganggu proses selanjutnya. Jumlah sludge vibro separator distasiun klarifikasi ada 1 unit.
b. Sludge Tank
Fungsi dari sludge tank adalah sebagai tempat penampung sementara dari sludge sebelum diolah di sludge separator.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sludge tank adalah :
• Kebersihan tanki
• Blowdown
• Temperatur pada 90 – 95 oC
• Kondisi umpan
Jumlah sludge tank yang ada di stasiun klarifikasi ada 4 unit
c. Brush Strainer
Fungsi dari brush strainer adalah menangkap serabut-serabut yang masih terkandung di dalam sludge separator sehingga memudahkan didalam proses selanjutnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja brush strainer adalah :
• Kebersihan alat
• Kondisi umpan
• Blowdown
Jumlah brush strainer yang ada adalah 2 unit.

d. Sand Cyclone
Fungsi dari sand cyclone adalah untuk menangkap pasir yang masih terkandung didalam sludge, sehingga memudahkan proses selanjutnya. Kinerja sand cyclone dapat diketahui dari selisih antara tekanan masuk dan tekanan keluar pada pressure gauge. Untuk precleaner alva laval selisih tekanan > 1.5 bar, dan untuk westfalia selisih tekanan > 2.5 bar. Endapan pasir didalam sand cyclone akan diblowdown secara otomatis melalui system pneumatic dengan setting interval tertentu. Sand Cyclone pada PKS PT. Incasi raya unit sawit pangian adalah 2 buah..
e. Buffer Tank
Fungsi dari buffer tank adalah sebagai tempat penampungan sludge sebelum didistribusikan ke sludge separator. Jumlah buffer tank yang ada di PKS PT. Incasi raya unit sawit pangian adalah 1 unit.
f. Sludge Separator
Fungsi dari sludge separator adalah untuk mengutip minyak yang masih terkandung di dalam sludge dengan cara centrifugal, dimana air dan NOS dengan berat jenis yang lebih besar dari minyak akan terlempar keluar, dan minyak akan masuk kebagian dalam. Kapasitas sludge separator ditentukan oleh ukuran nozzle yang digunakan yaitu : 1.45, 1.6, 1.8 dan 2.0 mm. Ukuran nozzle yang dipakai diusahakan sekecil mungkin untuk meminimumkan kehilangan minyak pada drab buang separator.
Pengoperasian sludge separator seharusnya dengan cara membuka kran air penuh dan mengatur kran umpan sludge. Hal ini dikontrol melalui sudut flap pada sight glass air membentuk 950.
Proses pemisahan dalam sludge separator ini ditentukan dengan adanya balance water dan minyak dipompakan keluar melalui paring disc minyak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sludge separator adalah :
• Kualitas feeding
• Ukuran nozzle
• Balance water
• Temperatur umpan
• Kondisi alat
Untuk mengetahui kinerja sludge operator adalah dari losses yang terjadi pada drab buang dari sludge separator yaitu 0,8 – 1,2 %.
g. Storage Tank
Fungsi dari storage tank adalah untuk tempat penyimpanan sementara minyak produksi yang akan dihasilkan sebelum dikirim.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan pada storage tank adalah kebersihannya, kondisi steam coil dan temperature. Storage tank harus dibersihkan secara terjadwal pada saat pembersihan dan pemeriksaan kondisi steam coil harus dilakukan secara rutin, karena apabila terjadi kebocoran pada pipa steam coil dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada CPO. Storage tank yang digunakan di PKS PT. Incasi raya unit sawit pangian yaitu dengan kapasitas 2000 ton 1 unit dan kapasitas 1000 ton 3 unit.
h. Dispacht Tank (Tanki Pengiriman)
Fungsi dari dispacht tank adalah sebagai tanki penyimpanan minyak (CPO) sebalum dimasukkan ke truk tanki. Jumlah dispacht tank yang ada di PKS PT. Incasi raya unit sawit pangian adalah 2 unit dengan kapasitas 50 ton.
B. Stasiun Pengolahan Biji / Kernel
Proses pengolahan biji adalah proses pemisahan antara inti sawit dengan cangkangnya. Adapun tahapan-tahapan pengolahan biji adalah sebagai berikut :
a. Cake Breaker Conveyor
Fungsi dari cake breaker conveyor (CBC) adalah untuk membawa dan memecahkan gumpalan cake dari stasiun press ke Depericarper. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja CBC adalah :
 Kualitas & kuantitas umpan
 Clearance pedal sebaiknya 5 mm dari liner body
 Sudut pedal sebaiknya 15-20oC
 Panjang CBC
 Jumlah pedal
b. Depericarper
Fungsi dari Depericarper adalah untuk memisahkan fiber dengan nut dan membawa fiber untuk bahan baker boiler.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kerja Depericarper :
• Kualitas umpan
• Kondisi ducting
• Adjustment dumper pada fan dan column
• RPM fan
• Air lock pada fiber cyclone dan CBC
• Kondisi fan
• Kebersihan
• Jarak antara CBC dengan Nut Polishing Drum (NPD)
Jumlah depericarper pada PKS Sei Silau ada 2 unit.
c. Nut Polishing Drum (NPD)
Fungsi dari nut polishing drum adalah :
• Membersihkan biji dari serabut yang masih melekat
• Membawa nut dari Depericarper ke nut transport
• Memisahkan nut dari sampah
• Memisahkan gradasi nut
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas Nut Polishing Drum adalah :
• Kondisi plat pengarah/pengangkat
• RPM, diameter, panjang
• Diameter lubang penyaring
• Kualitas dan kuantitas feeding
• Aliran udara (air flow)
• Kebersihan
Jumlah Nut Polishing Drum yang ada sebanyak 2 unit dengan panjang dan diameter yang berbeda.
d. Nut Silo
Fungsi dari Nut Silo adalah tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah pada proses berikutnya. Kebersihan shaking grate pada nut silo harus diperhatikan karena mempengaruhi terhadap keluaran nut silo, agar nut yang terolah sesuai dengan FIFO (first in first out). Jumlah nut silo pada PKS Sei Silau ada 2 buah dengan dan memiliki 3 sekat, yang mana sekat 1 yang memiliki vibrating grate setelah ripple mill adalah merupakan tempat untuk buah dura dan yang lainnya adalah untuk tenera.
e. Nut Grading Drum
Fungsi dari nut grading drum adalah memisahkan fraksi biji berdasarkan diameternya. Penentuan grade ukuran lubang pada nut grading drum diperoleh berdasarkan hasil analisa histogram.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kerja Nut Grading Drum adalah :
• Umpan
• RPM, diameter, dan panjang drum
• Pengarah
• Lubang nut grading drum
Jumlah nut grading drum yang ada sejumlah 2 unit.
f. Ripple Mill
Fungsi dari ripple mill adalah memecah nut dengan menjepit. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemecahan adalah :
• Kualitas dan kuantitas umpan
• Kondisi ripple plate dan rotor bar
• Jarak atau clearance antara cover dengan rotor
• RPM
• Jumlah roller bar
Kualitas umpan dipengaruhi oleh :
• Kekoplakan nut, kalau nut koplak maka akan terhindarnya nut lekat pada cangkang
• Jenis buah (dura atau tenera)
• Ukuran nut
• Kadar air yang terkandung pada nut
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya inti pecah yang keluar dari ripple mill adalah :
• Clearance antara ripple plate dengan rotor bar terlalu kecil
• Umpan yang terlalu banyak (berlebihan)
• Nut terlalu kering
• Prosentase nut pecah pada umpan terlalu besar
Jumlah ripple mill yang ada pada PKS PT. Incasi raya unit sawit pangian adalah 6 unit dengan masing-masing kapasitas 6 ton/jam.
g. Kernel Grading Drum
Fungsi dari kernel grading drum adalah :
Untuk menyaring nut utuh dan nut pecah yang berukuran besar yang dapat terikut ke produksi untuk diolah ulang
• Mengurangi beban peralatan pada proses selanjutnya
Faktor-fakor yang mempengaruhi kinerja kernel grading drum adalah :
• Lubang (kisi-kisi) pada drum baik ukuran lubang maupun jumlahnya
• Kualitas dan kuantitas umpan
• Pengarah
• Tuas pembersih
• RPM, diameter dan panjang drum
Jumlah kernel grading drum yang ada sebanyak 2 unit.
h. Light Tenera Dry Separation (LTDS)
Fungsi LTDS adalah :
- Memisahkan cangkang, inti utuh dan inti pecah
- Membawa cangkang untuk bahan baker boiler
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja LTDS adalah :
- Hisapan (dumper airlock dan fan)
- Kebocoran ducting
- Kualitas dan kuantitas umpan
- Desain
- Adjusment dumper column
Jumlah LTDS yang terdapat pada PKS PT. Incasi raya unit sawit pangian adalah 4 unit yaitu LTDS line 1 berjumlah 2 unit dan LTDS line 2 berjumlah 2 unit.
i. Claybath
Fungsi dari claybath adalah untuk memisahkan cangkang dan inti sawit pecah yang besar dan beratnya hampir sama. Proses pemisahan dilakukan berdasarkan pada perbedaan berat jenis. Bila campuran cangkang dan inti dimasukkan kedalam suatu cairan yang berat jenisnya diantara berat jenis cangkang dan inti, maka untuk berat jenisnya yang lebih kecil dari berat jenis larutan akan terapung diatas dan yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam. Kernel memiliki berat jenis lebih ringan daripada larutan calcium carbonat (caco3) sedangkan cangkang yang berat jenisnya lebih besar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja claybath adalah :
- Berat jenis larutan
- Kondisi pompa
- Saringan getar
- Kondisi umpan
- Penyetelan underflow
Jumlah claybath yang ada sebanyak 2 unit.
j. Kernel Silo
Fungsi dari kernel dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung di dalam inti produksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari kernel dryer adalah :
- Temperatur
- Waktu
- Kualitas dan kuantitas umpan
- Kondisi dan kebersihan heater
- Steam supply, steam trap, strainer
- Kondisi blowerfan
- Kebersihan kisi-kisi dalam silo
- FIFO
Pada kernel silo ada 3 tingkatan temperatur yaitu :
- Bagian atas : 70oC
- Bagian tengah : 60oC
- bagian Bawah : 50oC
Kernel dryer pada PKS Sei Silau berjumlah 4 unit dendan masing-masing kapasitas 0,75 ton inti.
k. Kernel Storage
Fungsi dari kernel storage adalah untuk menyimpan inti produksi sebelum dikirim keluar untuk dijual. Kernel storage pada umumnya berupa bulk silo yang seharusnya dilengkapi dengan fan agar uap air yang masih terkandung didalam inti dapat keluar dan bila tidak ada fan kondisi didalam storage akan lembab, yang pada akhirnya menimbulkan jamur pada inti sawit. Kernel storage yang ada di PKS PT. Incasi raya unit sawit pangian ada 2 unit dengan masing-masing kapsitas 500 ton inti.
C. Stasiun Boiler dan Kamar Mesin
a. Stasiun Boiler
Boiler memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit. Dimana fungsi Boiler adalah untuk menghasilkan steam dari pipa-pipa air boiler. Pipa-pipa air tersebut dipanaskan dengan mengalirkan udara panas dari hasil pembakaran di refractory yang dibagi menjadi dua yaitu :
• Udara primer, yaitu udara yang di supply dari rangka bakar (grate)
• Udara skunder, yaitu udara yang di supply melalui corong masuk bahan bakar
Secara teori sejumlah bahan bakar memerlukan sejumlah udara agar pembakaran total tercapai. Udara berlebih sebaiknya dihindarkan karena hal ini akan mendinginkan tungku masak dan operasi boiler menjadi tidak efisien. Sedangkan udara yang di supply sebanyak jumlah teoritis, maka pembakaran akan menjadi sempurna. Ada berbagai cara untuk menentukan cukupnya jumlah udara yang di supply, yaitu :
• Oksigen Berlebih
Sebuah alat O2 meter dapat di tempatkan pada exhaust ducting agar mengukur oksigen didalam emisi gas buang. Angka 2%-3% menunjukkan udara lebih cukup untuk proses pembakaran yang baik. Diatas angka ini terlalu banyak udara berlebih, dan udara extra ini akan mendinginkan tungku.
• Karbondioksida
Alat pengukur CO2 juga dapat digunakan dan dapat di tempatkan di ducting exhaust. Angka 12%-14% menunjukkan pembakaran yang baik. Kurang dari 12% berarti pembakaran tidak sempurna dan diatas 14% menunjukkan udara berlebihan.
• Emisi Cerobong
Metode ini umum digunakan di pabrik minyak kelapa sawit dan dapat dilihat dari warna asap yang keluar dari cerobong asapnya (chimney) .
- Jika warna asap yang keluar dari chimney berwarna coklat muda, maka pembakaran baik.
- Jika asap berwarna hitam dan pekat, maka hal ini menunjukkan terlalu banyak bahan bakar yang digunakan, atau udara pembakaran kurang.
- Jika asap berwarna putih atau tidak terlihat pada saat boiler beroperasi, menunjukkan udara berlebih.
Faktor-faktor yang mempengruhi kinerja boiler adalah :
1. Pengisian Bahan Bakar
Bahan bakar diumpan melelui suatu corong pengumpan, udara digunakan untuk mendorong bahan bakar ketungku masak. Udara ini bertujuan agar pembakaran lebih efisien.
2. Inlet Bahan Bakar, Distribusi, Jumlah dan Tingginya
Agar distribusi bahan bakar lancar di sepanjang grate diperlukan paling sedikit 3 inlet. Bahan bakar dihindarkan menumpuk di fire grate karena membuat pembakaran tidak efisien. Tinggi antara fire grate dengan inlet bahan bakar juga mempengaruhi efisiensi pembakaran. Semakin tinggi akan membuat pengeringan awal bahan bakar.
3. Desain Rangka Bakar dan Kebersihanya
Beberapa boiler yang baru memiliki lubang grate dan kipas FDF yang bertekanan tinggi. Ini membuat pancaran udara primer begitu kuat sehingga dapat mengangkat bahan bakar dan pencampuran udara primer dan bahan bakar kecil. Menggunakan cangkang yang berlebih akan membuat lubang grate tertutup oleh clinker (Kerakarang). Tertutupnya lubang grate akan menghalangi udar primer dan akibatnya boiler tidak mampu mempertahankan tekanan. Daerah grate telah didesain sedemikian rupa sehingga tersedia ruang yang cukup untuk udara primer dan bahan bakar mengakibatkan pembakaran didalam boiler menjadi efisien.
4. Udara Primer
Udara ini di supply sebanding dengan bahan bakar yang di supply, baik dengan menggunakan balance drafi yang menggunakan kipas dorong (FDF) atau dengan penghisapan yang menggunakan kipas hisap (IDF ).
5. Udara sekunder
Udara ini adalah bentuk udara over fire. Udara ini diinjeksikan kedalam dapur sekitar 12 inchi diatas rangka dapur dan setelah diatur maka supplynya akan bertahan tetap.
6. Draft Balance
Tekanan dapur dalam boiler harus vakum untuk mengetahuinya dari furnish pressure diusahakan tetap negativ. Untuk membuat kevakuman ini, maka pengoperasian IDF dan FDF harus disesuaikan. Bila aliran udara hendak dikurangi yang pertama dilakukan adalah mengurangu setelan kipas FDF sebaliknya jika lairan udara hendak di tambah yang pertama dilakukan adalah menaikkan setelan kipas FDF.
7. Draft Adjustment
Banyak boiler yang dioperasikan hanya dengan kipas IDF saja sedangkan kipas FDF tidak digunakan. Draft adjustment diatur dengan menggunakan dumper IDF inlet. Utuk situasi pintu-pintu pembersih abu dapur dapat digunakan untuk mengendalikan aliran udara, yaitu dengan mengoperasikanya dengan cara peneyetelan sliding.
Pada umumnya boiler dilengkapi dengan perlengkapan sebagai berikut :
 Kran Pengaman
 Pengukur tekanan
 Kran blowdon
 Kran scum
 Kran bowdown header
 Fusible plugs
 Air release
 Gelas penduga
 Control Level feed water
 Keranan dan fitting
 Soot blower
 Pengkur temperature
Adapun tahapan-tahapan star-up boiler sebagai berikut :
1. Periksa kondisi air
2. periksa kondisi accessories dan mounting
3. buka kran air vent, super heater dan drum
4. Hidupkan api
5. Tunggu tekanan mencapai 3 kg/cm2 lalu tutup air vent drum
6. Hidupkan FDF dan airlock bahan bakar
7. Tunggu tekanan mencapai 13 kg/cm¬2 dan atur dumper roaster
8. Hidupkan FDF dan secondary air fan pada saat tekanan mencapai 15 kg/cm2
9. Periksa tekanan air
10. Setelah tekanan mencapai 15 kg/cm2 maka buka kran induk
11. Tutup superheater air fan
12. Lakukan blowdown
Sedangkan tahapan-tahapan memberhentikan (shut-down) boiler adalah
1. Beritahukan kekamar mesin
2. Buka kran air vent superheater
3. berhentikan operasi fuel conveyor
4. berhentikan operasi FDF-SAF-IDF
5. Kontrol level air
6. Stop main valve
7. Tutup air vent superheater
8. jaga level air
Jumlah boiler yang ada di PKS PT. Incasi raya ada 3 unit, 2 unit Takuma yang memiliki kapasitas uap 20.000 kg uap/jam, 1 unit merk MeacMar yang memiliki kapasitas uap 25.000 kg uap/jam.

b. Kamar Mesin (Engine Room)
Di pabrik kelapa sawit, kamar mesin adalah merupakan pusat pembangkit tenaga dan distribusi steam untuk proses pengolahan dan kebutuhan lainnya. Di stasiun kamar mesin mempunyai 2 jenis pembangkit tenaga, yaitu :
1. Turbin Uap
2. Diesel Engine (Genset)
b. Turbin Uap
Turbin uap merupakan alat untuk mengkonversikan energi dari steam menjadi energi mekanis (putaran) untuk membangkitkan energi listrik melalui alternator. Ada 2 jenis turbin dari type sudunya, yaitu :
1. Turbin Implus
Desain turbin implus, steam dialirkan melalui nozzle diarahkan ke sudu-sudu bergerak, dimana sudu akan memutar poros dan energi yang dikandung steam akan turun. Jiak roda turbin lebih dari 1 stage, maka steam akan masuk ke sudu tetap (sudu pengarah) yang mengarahkan steam kkembali kesudu-sudu bergerak stage berikutnya .
Turbin di PKS umumnya menggunakan rotor tunggal, 2 stage dan jenis sudu implus.
2. Turbin Reaksi
Desain turbin reaksi setiap sudunya berfungsi sebagai nozzle, oleh karena itu memiliki pengaruh implus disetiap stage. Sudu bergerak didesain sedemikian rupa sehingga pada saat steam mengalir akan mengalami penurunan kecepatan steam saat menggerakkan rotor, sehingga rotor berputar dengan kecepatan tinggi. Turbin jenis ini memiliki efesiensi yang lebih tinggi dan jarang dijumpai di PKS.
Semua turbin dilengkapi dengan katup keselamatan untuk melindungi turbin dari kondisi pengoperasian yang tidak aman. Katup terbuka dengan mekanisme pegas, dan akan menutup pada tekanan tertentu agar turbin berhenti. Peralatan ini juga berhubungan dengan overspeed, dimana jika putaran terlalu tinggi, maka plunger akan tersembul dan memicu katup tertutup . Selain itu turbin juga dilengkapi dengan alat pengumpul uap bekas yang disebut dengan Back Pressure Vessel (BPV) yang berfungsi untuk mendistribusikan steam kesetiap stasiun. Jumlah turbin yang ada di PKS PT. Incasi raya unit sawit pangian ada 3 unit, 2 unit merk ALLEN KKK dengan kapasitas 625 kVA (500 kW) dan 1 unit merk Turbodyne Stamford dengan kapasitas 1460 kVA (1300 kW).
c. Diesel Engine (Genset)
Diesel engine diperlukan pada saat start awal proses dan juga pada saat tenaga yang dihasilkan turbin tidak mencukupi untuk proses pengolahan. Pada saat tenaga yang dihasilkan turbin berkurang, maka genset diperalel dengan turbin. Genset juga diperlukan untuk menggantikan peran turbin pada saat pabrik tidak mengolah. Genset yang ada di PKS Sei Silau ada 2 unit dengan merk Cummins dan berkapasitas 375 kVA (300 kW).
D. Proses Pengolahan Air ( Water Treatment )
Proses penjernihan air bertujuan untuk menjamin kualitas air sebelum digunakan agar memenuhi persyaratan yang ditentukan. Proses pengolahan air mencakup pengoperasian, penjernihan, penyaringan dan pelunakan. Proses pengolahan air menghasilkan air yang akan distribusikan untuk :
• Domestik, yaitu air yang digunakan diluar kegiatan pabrik.
• Air Proses, yaitu air yang digunakan untuk kegiatan proses dan laboratorium .
• Air boiler, yaitu air yang digunakan untuk umpan boiler .
Proses pengolahan air terdiri dari :
A. External Water Treatmen
B. Internal Water Treatmen
1. External Water Treatment
a. Raw Water Treatment
Supply air ke pabrik biasanya berasal dari sungai, yang masih mengandung zat-zat padat yang harus di bersihkan sebelum didemineralisasi, yang terdiri dari :
• Sedimetasi
• Flokulasi dan Koagulasi
• Filtrasi
b. Sedimentasi
Sedimentasi dilakukan dengan cara mengendapkan air di suatu bak yang diberi sekat/baffle dengan aliran overflow dan underflow, yang bertujuan untuk menjebak zat padatan yang terbawa arus sungai.
c. Flokulasi dan Koagulasi
Flokulasi dan koagulasi dilakukan di clafirier tank, dimana zat kimia ditambahkan kedalam air, agar zat padat yang melayang menjadi floc dan mengkoagulasi, sehingga cukup berat dan mudah dipisahkan. Bahan kimia yang diinjeksikan adalah alumunium sulfat (Al2SO4) dan soda ash (Na2CO3), dosisnya di tentukan oleh Konsultan Water Treatmen dan tergantung pada kualitas air. Karena kualitas yang berubah-ubah, maka perlu dilakukan jartest secara priodik, sehingga penggunaan bahan kimia bisa optimal dan tepat sasaran.
d. Filtrasi
Filtrasi dilakukan pada sand filter, dengan tujuan menghilangkan berbagai zat/material yang terbawa dari flokulasi dan koagulasi dengan cara menyaring melalui lapisan pasir. Secara berangsur-angsur pasir akan memadat, sehingga akan membatasi aliran air di sand filter. Jika tekanan inlet air di sand filter 1.5 bar di atas tekanan outletnya, maka perlu dilakukan backwash. Backwash dilakukan dengan aliran dari bawah keatas dengan tujuan untuk memecah kepadatan pasir dan membuang padatan yang menyumbat lapisan air.
d. Proses Demineralisasi
Proses demineralisasi bertujuan untuk menurunkan hardnes yaitu dengan menggunakan cation unit dan menurunkan silica dengan menggunakan anion unit. Kation berfungsi untuk menukar mineral-mineral terhadap asam dan anion berfungsi untuk menukar garam terhadap hidrolisis dan menahan silica. Regenerasi kation dilakukan bila kadar harden mencapai 5ppm, sedangkan generasi anion dilakukan bila kadar silica mencapai 5ppm. Tahapan-tahapan regenerasi terdiri dari :
• Backwash
• injeksi bahan kimia
• slow rinse
• fast rinse
Backwash pada dasarnya adalah mengalirkan dari dasar menuju keatas, untuk memecah bad resin yang telah padat dan menghilangkan kotoran sebebelum dilakukan regenerasi. Proses regenerasi dilakukan dengan menginjeksikan bahan kimia yaitu untuk kation biasanya menggunakan sulfurid acid (H2SO4 ).
Sedangkan untuk anion biasanya manggunakan caustic soda ( NaOH ). Hal-hal yang perlu diperhatikan agar proses regenerasi efektif dan efesien adalah :
• Konsentrasi bahan kimia yang diinjeksikan
• Flow rate injeksi baha kimia.
Setelah regenerasi chemical bad, maka resin perlu dibilas untuk membersihkan sisa-sisa bahan kimia regenerasi dengan aliran seperti organisasi normal yaitu fast rinse idan slow rinso. Masalah yang sering terjadi di stasiun demineralisasi adalah :
• Resin loss : akibat nozzle longgar, patah dan sebaginya. Sehingga saat back wash resin keluar dari kation/anion unit.
• Umur resin : biasanya umur resin 3 tahun atau tergantung pada kondisi penggunaan dan biasanya diambil sample untuk dianalisa di laboratorium.
e. Deaerator
Deaerator berfungsi untuk mengurangi gas yang terlarut dalam air (O2 dan CO2) dan memanaskan temperature feed water . Hal ini dicapai melalui proses mekanis dan pemanasan yang menggunakan uap yang berada didalam pressure deaerator atau dengan vacuum deaerator.
Jenis deaerator ada 2, yaitu :
• Presure Deaerator
Adalah suatu pressure vessel melalui suatu sistem penyemprotan, membuat air menjadi partikel-partikel kecil, sehingga bercampur dengan uap dan air menjadi panas. Proses ini membuat gas dan cairan membesar dan lepas dari vacuum , keluar dengan system ejector. Temperature sebaiknya tinggi, diatas 100°C, dan letak deaerator berada diosisi atas untuk mencegah kavitasi pada feed pump. Permukaan air pada deaerator sebaiknya dikendalikan secara Otomatis termasuk aliran steamnya untuk menjaga kontiunitas aliran air dan steam.
• Vacuum Deaerator
Alat ini hanya berfungsi untuk memurnikan sebagian dari feed water. Air dimasukkan ke vessel melalui nozzle penyemprot secara gravitasi. Prinsip kerjanya adalah jika tekanan eksternal di sekitar air dikurangi, maka gas-gas terlarut akan terbang dihisap oleh ejector.
2. Internal Water Treatment
Air dari deaerator dipompakan ke ketel uap dengan terlebih dahulu diinjeksikan bahan kimia internal yang bertujuan untuk menghindari terjadinya korosi pada drum dan pipa ketel uap. Untuk pengawasan mutu air dilakukan pengambilan contoh sesuai kebutuhan dan di analisa di laboratorium, hasilnya digunakan untuk perbaikan atas penyimpangan mutu air umpan boiler.
Tujuan dari internal treatment adalah agar operasional boiler bisa efektif dan efesien, dimana pada pipa atau drum tidak terjadi :
• Korosi
• Scale ( kerak )
• Carry over
• Foaming
Adapun pengendalian dari kerusakan-kerusakan diatas adalah sebagai berikut:
a. Pengendalian Korosi
Penyebab utama terjadinya korosi pada boiler adalah pH dan Oksigen. pH harus dipertahankan pada nilai 10.5 – 11.5 ( tergantung fdari konsultan Water Treatmen ). Hal ini untuk memastikan lingkungan berada pada kondisi alkali (basa) dan melindungi lapisan magnetite. Untuk mempertahankan pH bahan kimia yang di injeksikan adalah caustic. Oksigen dikurangi dengan proses deaerasi yang efektif, dan bahan kimia yang di gunakan untuk mengendalikan oksigen adalah sulphite, jenis-jenis korosi yang sering terjadi adalah :
• General Corrotion
Korosi terjadi karena pH air boiler terlalu rendah (asam)
• Oxygen Pitting
Penembusan metal akibat adanya oksigen dalam air umpan boiler.
• Caustic Embrittlement ( keretakan Caustic )
Terjadi karena kandungan caustic dan umumnya terjadi pada boiler yang sudah tua, yang memiliki drum yang dipaku keeling, dimana ada celah didaerah paku keeling dan sambungan akibat tekanan. Tetapi untuk boiler yang di las, kerusakan ini jarang terjadi.
• Fatique Corrotion
Kerusakan jenis terjadi dengan 2 mekanisme, yaitu :
• Tekanan siklus, akibat proses pemanasan/pendinginan yang terlalu cepat yang terpusat pada titik dimana korosi telah terjadi.
• Kerusakan yang terjadi pada permukaan metal yang terlindungi dengan lapisan pencegah oksida dan tekanan siklus. Kerusakan ini biasanya melintang dan lebar mulai dari tabung sebelah dalam dan meluas sekelilingnya.
Bahan kimia untuk megendalikan korosi :
• Alkalinity dan pH Control
Berfungsi untuk menjaga tingkat alkalinity yang sesuai dan mencegah korosi, juga menjamin reaksi kimia pada program water treatment. Alkalinity ini sangat penting untuk mengendapkan pembentukan material sludge dan menjaga silica dalam keadaan solid untuk menghindari terbentuknya formasi kerak silica kompleks.
• Sulphite
Proses deaerasi yang efektif akan mengurangi oksigen sehigga mudah ditangani oleh sulphite. Jika sulphite digunakan akan mempengaruhi TDS, oleh karena itu perlu dikontrol dengan blowdon.
b. Pengendalian Kerak
Kerak terjadi di daerah transfer panas yang maksimum dan didaerah yang sirkulasinya buruk. Lapisan isolasi kerak akan menyebabkan overheating. Selain scale juga menyebabkan turunnya efisiensi boiler yang selanjutnya mempengaruhi power generation dan sterilizer. Kerak yang membentuk garam dapat menjadi endapan (sludge)¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬ ¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬dengan treatment phosphate , dimana phosphate dari sodium ditukar dengan garam kalsium dan magnesium sehingga membentuk endapan (sludge). Phosphate dikontrol pada kisaran 40-60 ppm didalam boiler, karena jika lumpur ini teralu banyak dapat membentuk kerak akibat pemanasan. Pengendalian scale di boiler dilakukan :

• Bahan kimia sludge conditioner
Conditioner ini mencegah sludge menjadi kerak dan membuat gumpalan sludge
• Control TDS ( blowdon )
Sludge hasil dari proses penggumpalan akan menjadi TDS di dalam boiler, sehingga harus dikontrol dengan dengan blowdon.
c. Pengendalian Carry Over ( Foaming )
Carry Over dapat menyebabkan kerak pada superheater dan akibatnya tube rusak dan terdapat deposit pada blade turbin. Pengendalianya adalah dengan
• Mengatur konsentrasi bahan kimia di dalam boiler supaya tetap rendah
• Menghindari beban boiler yang berlebihan.
• Penggunaan bahan kimia anti foaming
E. Effluent Treatment
Fungsi dari effluent treatment adalah untuk menetralisir parameter limbah yang masih terkandung dalam cairan limbah sebelum dibuang keperariran umum (sungai) atau didistribusikan dengan system land application. Tujuan pengolahan limbah adalah :
• Menghilangkan bahan terapung dan tersuspensi
• Mengolah bahan organic yang majemuk yang dapat mengalami biodegradasi
• Menghilangkan mikroba pathogen dan mengurangi kandungan minyak
• Meningkatkan pengertian mengenai dampak yang ditimbulkan oleh limbah terhadap lingkungan.
• Melestarikan sumber daya alam dan mengembangkan berbagai metoda yang sesuai.
• Meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh-pengaruh jangka panjang limbah.
Sumber-sumber limbah yang ada di PKS adalah :
1. Stasiun Strelizer, sekitar 10% dari TBS di olah
2. Stasiun Klarifikasi, sekitar 40 % dari TBS di olah
3. Statsiun kernel, sekitar 10% dari TBS di olah
4. Lain-lain sekitar 10%
Total seluruhnya sekitar 70% dari TBS olah
a. Persyaratan Limbah
Limbah yang di hasilkan di PKS berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa cangkang dan fibre yang digunakan sebagi bahan bakar boiler. Tanda kosong dimanfaatkan kembali sebagi mulsa (pupuk untuk tanaman). Limbah cair yang dihasilkan harus memenuhi standart yang sudah ditetapkan dan tidak dapat dibuang secara langsung di sungai karena dapat mencemari sungai. Parameter yang menjadi indicator control untuk pembuangan limbah Cair adalah angka Biological Oxygen Demand (BOD). Angka BOD adalah angka yang menunjukkan kebutuhan oksigen yang biasanya diukur dalam priode 5 hari, sedangkan angka Chemical Oxygen Demand (COD) adalah angka yang menunjukkan suatu ukuran apakah oksidasi secara kimia dapat terjadi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Effluent Treatment adalah :
• Temperature, untuk pengendalian suhu dilakukan dengan menggunakan cooling tower dan resirkulasi.
• PH
• Kedalaman kolam
• System distribusi
• Kondisi pompa
• Kualitas dan kuantitas umpan
• Jumlah dan kondisi bakteri
b. Tahapan-tahapan Pengolahan dan Pengendalian Limbah
Tahapan Pengolahan limbah yang umum di PKS adalah sebagi berikut:
1. Pendinginan (cooling pond)
Limbah cair yang telah dikutip minyaknya pada oil trap ( fat pit ) mempunyai karakteristik pH : 4 - 4,5 : suhu 70-80°C, sebelum limbah dialirkan kekolam pengasaman suhunya diturunkan menjadi 40-45°C agar bakteri mesophilic dapat berkembang dengan baik.
2. Pengasaman
Setelah dari menara atau kolam pendingin limbah akan mengalir ke kolam pengasaman yang berfungsi sebagai proses prakondisi bagi limbah sebelum masuk kkolam anaerobic. Pada kolam ini limbah akan di rombak Valatile Acid (VFA).
3. Resirkulasi
Resirkulasi dilakukan dengan mengalirkan cairan dari kolam anaerobic yang berakhir kesaluran masuk kolam pengasaman yang bertujuan untuk menaikkan pH dan membantu pendinginan.
Pembiakan bakteri yang akan digunakan dalam proses anaerobic pada awalnya di pelihara dalam suatu tempat yang bertujuan untuk memulai pembiakan bakteri. Dalam pembiakan awal perlu ditambah nutrisi yang merupakan sumber energi dalam metabolismebakteri seperti urea phospat dan limbah yang telah di encerkan. Setelah bakteri menunjukkan perkembangan dengan indikasi timbulnya gelembung-gelembung gas (biasanya 2 - 4 hari ), bakteri tersebut dimasukkan kekolam pembiakan yang sebelumnya telah diisi dengan limbah matang (telah mengalami proses pengasaman dan netralisasi dengan pH > 7) dan selanjutnya dialirkan kekolam anaerobic.
4. Proses Anaerobik
Dari kolam pengasaman limbah akan mengalir kekolam anaerobic primer. Karena pH dari kolam pengasaman masih rendah, maka limbah harus dinetralkan dengan cara mencampurkanya dengan limbah keluaran (pipa outlet) dari kolam anaerobic dengan cara resirkulasi pada hari masukan (inlet) kolam anaerobik. Bersamaan dengan ini bakteri dari kolam pembiakan dialirkan ke kolam anaerobic, bakteri anaerobic yang aktif akan membentuk asam organic dan CO2. Selanjutnya bakteri methane (Methanogenic Bacteria) akan merubah asam organik menjadi metahane dan CO2 ¬BOD limbah pada kolam anaerobic primer masih cukup tinggi, maka limbah diproses lebih lanjut pada kolam anaerobic sekunder. Kolam anaerobic sekunder dikatakan beroperasi dengan baik jika setiap saat nilai utamanya berada pada tetapan di bawah ini :
- PH : 6-8
- VFA : 2000 mg/I
BOD limbah setelah keluar dari kolam anaerobic sekunder maksimum
3500 mg/I dan minimal PH 6
5. Proses Fakultatif
Proses yang terjadi pada kolam ini adalah proses penonaktifan bakteri anaerobic dan prakondisi proses aerobik . Aktivitas ini dapat diketahui dengan indikasi pada permukaan kolam tidak dijumpai scum dan cairan tampak kehijau-hijauan .
6. Proses Aerobik
Proses yang terjadi pada kolam aerobik adalah proses aerobik . pada kolam ini telah tumbuh ganggang dan mikroba heterotrop, yang membentuk flocs. Hal ini merupakan proses penyediaan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba, didalam kolam, metode pengadaan oksigen dapat dilakukan secara alami dan atau menggunakan aerator .
7. Massa Tinggal
Dari seluruh rangkaian proses tersebut di atas masa tinggal limbah selama proses berlangsung mulai dari kolam pendinginan sampai air limbah dibuang ke badan penerima membutuhkan waktu masa tinggal selama kurang lebih minimal 100 hari.
Proses pengolahan dan pengendalian limbah di PKS PT. Incasi raya menggunakan system land application, didistribusikan ke kebun PT. Incasi raya.
c. Analisa Free fetty acide
Setiap produk yang akan dipasarkan tentu mempunyai standar mutu yang menjadi patokan berkualitas atau tidak produk tersebut. Standar mutu yang ditetapkan bagi setiap komoditi itu berbeda. Untuk CPO standar mutu yang diminta adalah :

• Kandungan FFA ( Free Fatty Acid ) < 3,5 %
• Kadar Air ( Moisture Value ) < 0,1 %
• Kadar kotoran ( Dirt ) < 0,03 %
• Peroxide value 1 mg
Sedangkan standar mutu Dry Kernel :
• Kernel pecah ( Broken Kernel ) < 12 %
• Kadar kotoran ( Dirt ) < 7 %
• Kadar air ( Moisture Value ) < 7 %
Analisa tersebut di atas bertujuan untuk mengetahui kualitas CPO yang dihasilkan, berdasarkan komponen penyusunan kualitas.
4.1.10. Manajemen
Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai produktivitas yang tinggi dan mempunyai mutu yang baik dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi dan terpenting adalah manajemen perusahaan. Dimana manajemen perusahaan berfungsi sebagai pengendali dalam proses usaha yang dijalankan guna mencapai tujuan yang telah ditargetkan.
Perusahaan lebih cenderung untuk mencapai input turun dan output meningkat, tetapi kondisi tersebut sangat sulit dicapai. Dengan demikian untuk mencapai hal tersebut, diperlukan manajemen yang tinggi dalam pengelolaan perusahaan terutama perusahaan perkebunan. Salah satu cara untuk menelaah proses manajemen adalah merekomendasikan dan mengidentifikasikan fungsi-fungsi dasar manajemen perusahaan. Unsur-unsur dasar dalam manajemen yaitu meliputi Planning, Organizing, Actuating dan Controling.
a. Perencanaan (Planning)
PT. Incasi raya unit sawit pangian mempunyai perencanaan dalam penggunaan tenaga kerja,peralatan serta bahan dalam satu tahun. Perencanaan anggaran biaya dan jadwal kegiatan ditentukan dalam bentuk rencana kerja tahunan (RKT), rencana kerja bulanan (RKB) dan rencana kerja harian (RKH).
1. Rencana kerja tahunan (RKT)
Rencana kerja tahunan (RKT) merupakan rencana biaya dan rencana kerja dalam satu tahun yang meliputi jenis pekerjaan, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan bahan dan alat, kebutuhan biaya, luas areal yang dikerjakan (Ha) dan rotasi pekerjaan dalam satu tahun serta alokasi waktu.
Rencana kerja tahunan (RKT) disusun mulai pada pertengahan tahun berjalan sampai akhir tahun yang dibuat oleh Assistant afdeling. Disetujui atau tidaknya Rencana kerja tahunan (RKT) ini tergantung dari Dewan direksi
Sedangkan estimate produksi pertahun adalah jumlah produksi yang harus dicapai selama satu tahun. Ditentukan oleh perusahaan yang dibuat berdasarkan estimate tahun sebelumnya, kondisi lahan, umur tanaman dan kondisi tanaman.
2. Rencana kerja bulanan (RKB)
Rencana kerja bulanan disusun berdasarkan RAB karena merupakan bagian dari RKT. Rencana kerja bulanan disusun oleh assistant afdeling dan dibantu oleh krani afdeling yang diajukan kepada estate manager melalui Divisi Manager.
Pengajuan rencana kerja bulanan dilakukan pada saat pertengahan bulan sebelum bulan pelaksanaan kegiatan. Rencana kerja bulanan meliputi uraian pekerjaan, blok, luas (Ha), jumlah tenaga kerja, kebutuhan HKO, jumlah biaya serta kebutuhan alat dan bahan.
3. Rencana kerja harian (RKH)
Rencana kerja harian dibuat oleh asistant afdeling dan disampaikan kepada mandor paling lambat pagi hari sebelum dilakukan kegiatan dilapangan pada apel pagi. Pada rencana kerja harian dicantumkan jenis pekerjaan, kebutuhan HK, sub blok serta bahan dan alat yang dibutuhkan
Dalam membuat segala rencana-rencana sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Jadi bisa saja rencana yang telah disusun tidak bisa dijalankan sesuai dengan yang direncanakan dilapangan, maka bisa saja dilaksanakan pada rencana kegiatan selanjutnya.
b. Organisasi ( Organitation)
Organsasi merupakan kumpulan dari orang – orang yang secara bersama – sama menjalankan suatu usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Salah satu faktor yang sangat berperan dalam mencapai kesuksesan adalah organisasi. Struktur organisasi yang baik dan dijalankan dengan benar akan memberikan hasil pekerjaan yang memuaskan, karena semua tugas dan tanggung jawab akan dijalankan dengan sungguh – sungguh sehingga tidak terjadi simpang siur dalam melakukan pekerjaan ataupun aktivitas. Hubungan yang harmonis akan terjalin antara pimpinan dan bawahan jika struktur organisasi tersususun dengan baik dan teratur.
Dari struktur organisasi PT. Incasi raya unit sawit pangian tergambar jelas mengenai tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian seperti yang dijabarkan sebagai berikut :

1. Senior Estate manager (SEM)
Tugas pokok, wewenang dan tanggung jawabnya :
• Mengkoordinir, memonitor dan mengevaluasi penggunaan pupuk serta persediaan pupuk diwilayahnya.
• Melaksanakan system penilaian staf diwilayahnya.
• Bertanggung jawab kepada direksi
• Menyetujui rencana bulanan dari estate manager
• Menyusun usulan budged
• Mengawasi dan terjun langsung pada semua pekerjaan personil organisasi
• Mengambil keputusan untuk tingkat kebun dan pabrik.
2. Estate manager
Tugas pokok, wewenang dan tanggung jawabnya :
• Membuat planning atu rencana kerja dan kebutuhan keuangan yang dibutuhkan oleh perusahaan.
• Melakukan pengontrolan terhadap semua kegiatan yang dilakukan oleh bawahan.
3. Divisi manager (DM)
Divisi manager ini mempunyai tanggung jawab kepada pimpinan kebun dan bertanggung jawab penuh kepada afdeling-afdeling yang dipimpinnya.
Tugas dan tanggung jawab Divisi manager yaitu :
• Menyetujui anggaran belanja yang dibuat asisten afdeling dan mengajukan kepada pimpinan kebun.
• Mengontrol semua kegiatan budidaya yang ada pada masing- masing afdeling.
• Bertanggung jawab penuh atas segala kegiata yang ada pada Divisinya.
• Membantu pimpinan kebun dalam melaksanakan tugas dan bertanggung jawab penuh pada pimpinsn kebun.
4. Asisten afdeling
Asisten afdeling bertanggung jawab kepada pimpinan melalui divisi manager. Tugas dari asisten afdeling tersebut yaitu :
• Membuat rencana kerja bulanan dan mengajuka kepada pimpinan kebun melalui Divisi manager.
• Mengontrol kegiatan yang ada di afdeling.
• Membuat laporan hasil kerja yang disertai laporan kerja harian afdeling.
• Bertanggung jawab kepada Divisi manager.
5. Pengawas afdeling
Pengawas afdeling merupakan orang yang bertanggung jawab penuh terhadap kesuksesan dalam kelancaran semua kegiatan yang ada di afdeling :
Tugas dan tanggung jawab dari pengawas abdeling adalah sebagai berikut:
• Mengawas semua kegiata pemeliharaan di afdeling
• Mengatur rotasi penen dan melaporkannya kepada asisten afdeling
• Mengawasi dan mengatur anggota panen
• Mengumpulkan absensi pekerja
• Membantu asisten afdeling dalam membuat dan menyusun anggaran
• Bertanggung jawab kepada asisten afdeling
6. Supervisor pemupukan
Supervisor pemupukan merupakan orang yang yang bertanggung jawab terhadap kelancaran dan kesuksesan kegiatan pemupukan di afdelingnya, mengatur rotasi pupuk, menilai hasil kerja pemupukan dan membuat laporan pemupukan. Supervisor pemupukan ini bertanggung jawab langsung kepada pimpina kebun.
7. Supervisor hama dan Penyakit
Supervisor hama dan penyakit merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang berhubungan dengan pengendalian dan pemonitiring hama dan penyakit yang dilakukan setiap afdeling, mengatur rotasi pengamatan dan pengendalian terhadap hama dan penyakit dan dapat menegur asisten kalau pengendalian hama tidak sesuai dengan target yang diharapkan.
8. Mandor
Pada PT. Incasi raya pangian mandor terdiri dari dua yaitu : mandor harian dan mandor panen yang bertanggung jawab kepada asisten afdeling.
Adapun tugas dari mandor harian mengatur dan mengontor kerja harian serta absensi pekerja sedangkan mandor panen yang mengatur dan mengawasi anggota pane, bertanggung jawab terhadap jumlah hasil dan kualitas TBS ke TPH serta membantu administarsi panen dan secara rutin melaporkan setiap harinya kepada asisten afdeling.
9. Kepala kantor (KTU)
Kepala kantor merupakan orang yang bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan administrasi di perkebunan. Adapun tugas dan tanggung jawab kepala kantor adalah sebagai berikut :
• Mengawasi seluruh kegiatan kerani-kerani afdeling dalam pembuatan daftar gaji karyawan.
• Mengontrol setiap daftar gaji ditiap afdeling sebelum disetujui oleh pimpinan kebun pada setiap akhir bulan.
• Bertanggung jawab langsung kepada pimpinan kebun.
10. Personalia
Pada PT. Incasi raya pangian bagian personalia bertugas dalam penerimaan dan pengeluaran tenaga kerja serta mengurus asuransi kecelakaan diri dalam hal ini asuransi yang digunakan adalah Jamsostek. Bagian personalia ini bertanggung jawab penuh terhadap pimpinan kebun.
11. Kepala gudang
Kepala gudang adalah orang yang bertanggung jawab terhadap semua barang-barang inventaris yang dimiliki perusahaan sedangkan tugasnya adalah sebagai beriku : Mencatat keluar masuknya barang-barang inventaris perusahaan dan bertanggung jawab kepada kepala kantor (KTU).
12. Kepala bengkel
Kepala bengkel bertanggung jawab terhadap semua kendaraan dan alat-alat mesin yang dimiliki perusahaan, sedangkan tugas dan tanggung jawabny sebagai berikut :
• Melaksanakan perbaikan terhadap alat mesin dan kendaraan yang rusak berikut servicenya.
• Mengatur penggunaan alat-alat berat dan alat mesin dalam penggunaannya disetiap afdeling.
• Bertanggung jawa kepada pimpinan kebun.

c. Pelaksanaan (Actuating)
Program kerja yang telah disetujui kemudian dilaksanakan oleh masing-masing personil sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab seperti yang terdapat pada struktur organisas perusahaan. Pelaksanaan kegiatan yang telah disusun harus berpedoman kepada rencana yang telah dibuat, namun dalam pelaksanaannya tidak mesti sama dengan apa yang direncanakan.
Setiap perusahaan mempunyai kiat-kiat tersendiri atau motivasi-motivasi terhadap semua karyawan agar karyawan dapat melaksanakan pekerjaan semaksimal mungkin, demikian juga PT. Incasi raya pangian mempunyai motivasi terhadap karyawanny yaitu :
1). Gaji
Gaji pokok untuk karyawan harian diberikan sesuai dengan jumlah hari kerja yang sesuai dengan upah minimum regional (UMR) yaitu sebesar Rp. 35.200,-,sedangkan premi diberikan terhadap karyawan yang bekerja melebihi hari jam kerja atau diluar jam kerja.
2). Premi
Premi diberikan kepada pekerja atau karyawan yang bekerja pada kegiatan potong buah dan transportasi serta karyawan pabrik. Premi diberikan bila karyawan dapat melebihi norma prestasi yang ditetapkan untuk karyawan potong buah atau transpor. Sedangkan untuk karyawan pabrik premi dihitung berdasarkan kelebihan jam kerja (7 jam/hari).
3). Tunjangan dan bonus
Tunjangan yang diberikan oleh PT. Incasi raya pangian kepada karyawan berupa Tunjangan Hari Raya (THR) dan bonus. THR diberikan oleh perusahaan menjelang hari raya Idul Fitri sebesar satu bulan gaji. Sedangkan bonus diberikan setiap akhir tahun dan berdasarkan income dari Perusahaan
4). Insentiv bulanan
Insentiv bulanan ini merupakan kiat yang dijalan kan oleh PT.Incasi raya pangian untuk semua karyawan mulai dari karyawan harian, karyawan lepas, sampai ke Divisi manager untuk dapat memacu kreatifitas pekerjaannya.
5). Cuti
Cuti diberikan pada karyawan apabila mendapat kemalangan, hamil, melahirkan, cuti tahunan dan perpanjangan, yang mana cuti tahunan adalah cuti yang diberikan kepada karyawan yang telah bekerja selama satu tahun, Sehingga diberikan tunjangan sebesar 40 % dari gaji pokok. Sedangkan cuti panjang adalah apabila karyawan bekerja terus menerus tanpa pernah mengambil cuti tahunannya dan bekerja selama 6 tahun, maka berhak mendapat cuti selama 30 hari dan tunjangan gaji pokok sebesar satu bulan. Untuk karyawan yang melahirkan diberikan cuti selam 2 bulan.
5). Fasilitas
Fasilitas yang diberikan berupa air, rumah, listrik, beras, mesjid, klinik, bus untuk transportasi anak sekolah dan sarana olah raga.
Pelaksanaan kegiatan di sini sudah cukup baik walaupun masih ditemukan adanya karyawan yang bekerja asal-asalan, terutama di lapangan dan masih adanya rasa keterpaksaan dari karyawan.
d. Controlling (Pengawasan dan Evaluasi )
Pengawasan pada perusahaan perkebunan sangat penting sekali karena banyaknya pemakaian sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber dana. Pengawasan harus dilakukan pada seluruh proses kegiatan di semua bagian. Pengawasan yang baik akan lebih mempermudah manajemen dalam mengukur kemajuan usaha, pengambilan keputusan atau kebijaksanaan lain. Untuk itu diperlukan organisasi pengawasan yang terorganisir dari bagian paling bawah sampai bagian teratas.
Pengawasan pada PT. Incasi raya pangian melibatkan semua tingkat staf yang terkait, mulai dari assistant division sampai pada dewan direksi. Pengawasan dilakukan terhadap semua kegiatan yang sedang berlangsung baik di lapangan maupun di pabrik. Pengawasan ini berpedoman kepada rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Evaluasi dilakukan secara administratif yang dituangkan dalam laporan. Laporan ini terdiri dari laporan harian , mingguan, bulanan dan tahunan. Dalam laporan ini dituangkan bagaimana akibat dari kesalahan dan penyimpangan yang ada selama rencana diljalankan. Disamping itu diterangkan juga tentang kebijaksanaan yang telah diambil dalam menanggulangi setiap masalah.
4.2. Pembahasan
 Syarat tumbuh
Ditinjau dari syarat tumbuh tanaman kelapa sawit maka PT. incasi raya pangian dapat dikategorikan sesuai untuk dijadikan areal perkebunan kelapa sawit dengan curah hujan merata sepanjang tahun 3.220 mm/tahun. Dngan suhu 270-300 C dan lama penyinaran dalam satu hari 5-7 jam/hari. Hal ini sesuai dengan pendapat fauzi et. Al.,(2008), bahwa syarat tumbuh yang baik untuk tanaman kelapa sawit yaitu memiliki curah hujan rata-rata 2000-2.500 mm/tahun, suhu optimum 240-280 C, kelembaban optimum 80%, kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0-6,0 namun yang terbaik adalah pH 5-6.
 Persiapan lahan
Kegiatan persiapan lahan yang dilakukan sudah cukup sesuai dengan pedoman teknis budidaya tanaman kelapa sawit yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan. Untuk kegiatan ini mahasiswa tidak dapat menngikuti secara langsung, karena semua tanaman di PT. Incasi raya pangian merudakan tanaman menghasilkan (TM). Jadi kegiatan dilakukan dengan cara diskusi dan pengumpulan referensi.
 Pengajiran dn pembuatan lubang tanam
Untuk pengajiran jarak tanam yang dilakukan oleh PT. Incasi raya pangian menggunakan sistim segitiga sama sisi. Hal ini sesuai menurut Pahan, I.,(2008), bahwa pengajiran tanaman sawit yang baik adalah menggunakan sistem segituga sama sisi. PT. Incasi raya pangian menggunakan jarak tanam 9,42 m x 9,42 m x 9,42 m sehingga diperoleh populasi 130 pokok per Hektar. Kegiatan ini dilakukan dengan cara diskusi dan pengumpulan data (Referensi).
 Pembibitan tanaman kelapa sawit
Pembibitan dilakukan oleh PT. Incasi raya pangian umumnya telah sesuai dengan pedoman teknis budidaya tanaman kelapa sawit yang telah di susun dalam buku standar manajemen kerja PT. Incasi raya pangian, sistem pembibitan yang dilakukan adalah sistem 2 tahap, yaitu pada pembibitan pre nursery, bibit dipelihara 3-4 bulan dn di main nursery bibit di pelihara selama 12 bulan, hal ini sesuai dengan yang disarankan oleh Pahan,I.,(2008), bahwa sistem pembiibitan yang baik adalah sistem 2 tahap karena pada sistem1 tahap biasanya akan banyak mengakibatkan ruang kosong dan kerugian karena polibag tidk terpakai lagi. Dengan memakai 2 tahap , proses produksi akan lebih ketat sehingga dapat menjamin mutu yang dihasilkan. Kegiatan ini dilakukaan dengan cara pengambilan referensi.
 Pemeliharaan
Kegiatan yang dilakukan umumnya sudah cukup sesuai. Pemeliharaan yang dilakukan antara lain meliputi Penyiangan, penyulaman, pengendalian hama dan penyakit, pengaplikasian limbah, Prunning, Kastrasi, pemupukan dan perawatan bunga Turnera subulata.
 Panen
Sistem panen yang dilakukan oleh PT. Incasi raya pangian adalah sistim ancak giring yaitu pemanen megerjakan pada blok yang sama, akan tetapi apabila pemanen telah siap pada blok tersebut, kegiatan dapat dilakukan pada blok berikutnya. Rotasi panen yang dilakukan adalah 3 kali dalam satu bulan. Umumnya tanaman pada PT. Incasi raya pangian adalah TM yaitu tahun tanam 1984-1985 sehingga alat yang digunakan adalah egrek.
 Pengolahan hasil dan limbah
Semua kegiatan pengolahan hasil kelapa sawit langsung dibawah pimpinan mill manager, pengolahan hasil yang dilakukan sudah cukup baik. Kapasitas olah pabrik adalah 1200 ton/ hari. Mutu olah pabrik yang bak merupakan komitmen semua karyawan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan sortasi yang sangat ketat terhadap TBS yang mengurangi mutu minyak.
Sedangkan untuk pengolahan limbah, perusahaan telah berusaha seoptimal mungkin dalam mengurangi tingkat pencemaran yang dihasilkan oleh pabrik. Untuk mencapai tujuan tersebut perushaan telah membuat suatu pengolahan limbah dengan beberapa tahap sehingga hasil akhir dari limbah tersebut dapat diaplikasikan ke lapangan, dengan pengaplikasian limbah ini dapat mengurangi kebutuhan pupuk tanaman hnigga 70 %.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Setelah melaksanakan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) selama 2,5 bulan yang dimulai pada tanggal 20 April 2009 sampai dengan 27 Juli 2009, di PT. Incasi raya kebun pangian, Darmasraya Sumatera Barat, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan pada lokasi PKPM pada umumnya telah dilaksanakan dengan baik sebagaimana yang diharapkan walaupun masih terdapat kekurangan.
2. Pengelolaan atau pemeliharaan tanaman dan pemeliharaan lingkungan perkebunan dapat meningkatkan dan memaksimalkan hasil dan mutunya serta dapat menjadikan umur produktif tanaman selama mungkin.
3. Pelaksanaan suatu pekerjaan pada PT. Incasi raya kebun pangian atas dasar instruksi dari pimpinan sampai kepada pengawas lapangan sehingga pekerjaan tersebut terlaksana dengan baik sesuai dengan sasaran yang dikehendaki.
4. Berdasarkan syarat tumbuh kelapa sawit, maka lokasi PT. Incasi raya kebun pangian secara umum cocok sebagai tempat pembudidayaan atau pengembangan tanaman kelapa sawit.
5. Perhatian PT. Incasi raya kebun pangian terhadap dunia pendidikan cukup baik ini terbukti dengan dibangunnya tempat pendidikan serta diterimanya siswa atau mahasiswa yang ingin melakukan magang. Begitu juga dengan kesejahteraan disekitar lingkungan perusahaan walaupun masih terdapat kesenjangan antara karyawan dengan staff namun hal ini terus berusaha dikurangi.
5.2. Saran
• Sebaiknya pengawasan dalam kegiatan panen harus lebih disiplin sehingga tidak akan terjadi lagi penurunan buah mentah dan buah kurang matang.
• Sebaiknya tranportasi ditambah dan yang rusak diperbaiki serta jalan-jalan kebun harus dipelihara/diperbaiki pula agar buah dapat segera keluar (diangkut) setelah dipanen selanjutnya transportasi lancar dan kegiatan-kegiatan seperti pemeliharaan dan panen dapat berjalan sebagaimana mestinya.
• Pengawasan dalam pelaksanaan panen agar lebih ditingkatkan terutama untuk menghindari penunasan yang berlebihan dan pengutipan brondolan lebih intensif agar target yang diinginkan tercapai.
• Pelaksanaan pemupukan agar dilakukan sesuai anjuran yaitu tepat jenis, cara, dosis dan waktu serta meningkatkan kesuburan tanah maka pelaksanaan aplikasinya dapat dilaksanakan secara maksimal.
• Mengingat kondisi alat dan mesin pabrik telah tua dan sering rusak, hal ini terlihat dengan sering terhambatnya proses pengolahan yang berakibat pada kualitas dan kuantitas CPO maupun kernel yang dihasilkan, hendaknya proses perbaikan pabrik segera dipercepat.
• Bagi karyawan pabrik keseriusan dan kehati-hatian dalam bekerja perlu ditingkatkan sehingga pekerjaan berjalan lancar dengan hasil yang memuaskan.
• Untuk mendapatkan CPO dan inti (kernel) yang berkualitas, sortasi harus lebih ketat karena TBS yang diolah berpengaruh terhadap CPO dan inti yang dihasilkan.
• Politeknik Pertanian Universitas Andalas agar bisa mengusahakan dan adanya hubungan kerja sama dengan perusahaan lain untuk mempererat hubungan serta membuka lowongan kerja kepada mahasiswa selepas dari bangku perkuliahan.
• Untuk menghasilkan lulusan Politeknik Pertanian yang bermutu diharapkan pihak Politeknik Pertanian agar dapat mencari perusahaan yang benar-benar bisa memberikan ilmu dan ketrampilan yang berkualitas baik kepada mahasiswa pada saat PKPM.

DAFTAR PUSTAKA

Adlin U, Lubis. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Pematang Siantar. Sumatera Utara.

Asril. 2002. Diktat Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Politeknik Pertanian Universitas Andalas, Tanjung Pati.

Incasi raya group. 2005. Stsndar manajemen kerja kebun kelapa sawit. Incasi raya group. Kiliranjao

Incasi raya group.2005. Buletin internal kebun incasi raya group, ediei januari-maret 2005.syamza offset.Padang.

Nababan, karim.Sp. Suwanto, MS. Pedoman pembibitan kelapa sawit di Incasi raya group. dDivisi crop quality and agronomis practices agronomi department of incasi raya group. Kiliranjao.

Pahan, Iyung. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

LPP. 2002. Buku Pintar Mandor (BPM) Seri Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. LPP Press. Yogyakarta.

LPP. 2004. Buku Pintar Mandor (BPM) Seri Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. LPP Press. Yogyakarta.

PPKS. 1999. Pengendalian Gulma. PPKS. Sumatera Utara

Sastrosayono,S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Setyamidjaja. D, 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta.

Supriadi. 1998. Makalah Budidaya Kelapa Sawit. PPLP Surya Dumai Group. PekanBaru

Suyatno, Risza. 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius.Yogyakarta

S. Mangoensoekarjo dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tim Penulis PS. 2004. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, limbah, analisa

Wahono, S dan Amir, S. 2005. Buku Ajar Budidaya Tanaman Kelapa Sawit.
Politeknik Pertanian Universitas Andalas. Payakumbuh.

Yan, Fauzi. Yustina EW. Iman S. dan Rudi Hartono. 2005. Kelapa Sawit: Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.